Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 73



Bab 73 Kenapa Dia Harus Membujuk Theo 

Terdengar suara “plak” yang nyaring hingga suasana menjadi hening

Tamparan Kayla terkesan sangat kuat, tetapi sebenarnya dia tidak punya tenaga. Dia bahkan belum makan apa–apa sejak kemarin dan demam sepanjang malam. Pukulannya seperti sentuhan ringan, wajah Theo bahkan tidak bergerak. 

Namun, menampar adalah tindakan yang sangat memicu emosi. Bukan soal betapa sakitnya tamparan itu, melainkan betapa besar penghinaan yang ditimbulkan oleh tamparan itu! 

Bagaimana mungkin Tuan Muda Theo yang selalu disanjung pernah ditampar? 

Dia menyipitkan matanya dengan kuat, lalu mengangkat Kayla dari tempat tidur sambil memelototi Kayla. “Nyalimu sudah besar ya, beraninya kamu memukulku?” 

Nada bicaranya tidak terlalu berfluktuasi, tetapi setiap kata yang dilontarkan penuh dengan amarah. 

Menghadapi situasi ini, Kayla bahkan sudah mempersiapkan diri untuk ditampar kembali. Dia bahkan sudah berpikir kalau Theo menamparnya, dia akan menampar Theo kembali, lalu pergi ke kantor polisi untuk melaporkan Theo melakukan kekerasan dalam rumah tangga agar bisa mengajukan cerai secara 

paksa. 

Namun, Theo tidak memukulnya. Theo hanya menatapnya dengan galak. 

Kayla baru saja sembuh dari sakit berat. Wajah kecilnya yang seukuran telapak tangan tampak sangat lesu. Meskipun Theo dapat membunuhnya dekat satu tangan, dia sama sekali tidak takut dan tetap 

memelototi Theo. 

Jelas–jelas dia sedang mendongak, tetapi Theo dapat melihat cahaya merendahkan dari matanya. Matanya sangat bersinar, tidak terlihat sedikit pun rasa bersalah. 

“Theo, kamu sungguh nggak tahu malu.” 

Theo tersenyum sinis. “Kamu yang memukulku, kamu juga yang mengatakan aku nggak tahu malu? Apal aku harus membiarkanmu menampar sisi lainnya agar tahu malu?” 

Kayla memelototinya. “Bagaimana mungkin orang yang tahu malu akan melakukan perbuatan licik seperti menyebar isi pembicaraan orang lain?” 

Mendengar ucapan ini, Theo pun tahu kenapa Kayla menamparnya. 

Dia tiba–tiba tersenyum dan sudut bibirnya terangkat. Saat ini, dia pun melepaskan tangan Kayla. 

Tubuh Kayla masih lemah. Tanpa bantuan Theo, dia kembali terjatuh ke kasur. 

Theo berdiri dan tiba–tiba menendang tong sampah di belakangnya. 

+15 BONUS 

“Kayla, kuberikan waktu setengah jam untuk memikirkan cara membujukku. Kalau nggak, kamu akan 

merasakan akibat dari menamparku.” 

Setelah berkata demikian, Theo membanting pintu dan pergi. Bantingannya sangat kuat hingga membuat seluruh dinding ruangan berguncang. 

Setelah ruangan kembali sunyi, Kayla pun menghela napas panjang. Dia seolah–olah baru saja kembali dari neraka, sekujur tubuhnya berkeringat dingin karena aura Theo yang mencekam. 

Mengingat soal Theo menyuruh Kayla memikirkan cara untuk membujuknya, Kayla hanya tersenyum sinis dan mengabaikan hal itu. 

Dialah yang melakukan kesalahan, kenapa Kayla harus membujuknya? Apa karena dia lebih bodoh dari orang lain? 

Saat ini masih pagi dan Kayla sudah merasa baikan. Dia bangun, mandi dan bersiap–siap untuk pergi ke 

pameran. ( 

Sekarang sudah hampir jam sebelas, tetapi tidak ada yang meneleponnya. Hanya Rio yang mengiriminya pesan untuk menanyakan keadaannya. 

Setengah jam kemudian, Kayla tiba di pintu masuk pameran dan melihat Viola berdiri di suatu tempat…. 

Dibandingkan dengan kemarin, penampilan Viola hari ini lebih menor. Dia mengenakan gaun panjang berwarna cerah yang dipadukan dengan jaket tipis. Gaya ini tidak cocok dengan usianya. 

Kemarin turun hujan seharian dan suhu menurun beberapa derajat. Bahkan Kayla pun kedinginan saat angin berembus, bisa–bisanya Viola mengenakan pakaian tipis. Dia tampak seperti bunga mekar yang menyukai angin dingin. 

Tentu saja, kalau dia tidak gemetaran, dia tampak seperti vas bunga yang indah. 

“Kayla ….” 

Viola berdiri di depan pintu masuk. Begitu melihat Kayla datang, dia langsung menghampiri Kayla. 

Kayla mengabaikan Viola. Dia langsung mengeluarkan kartu pas dari tasnya dan hendak masuk. 

Namun, Viola malah menghentikannya. “Aku sedang memanggilmu, apa kamu tuli?” 

Selama hidup bersama di Keluarga Sandio, Viola sudah terbiasa memerintah Kayla. Meskipun dia selalu gagal menindas Kayla, orang tuanya sangat menyayanginya. Begitu dia melapor, Kayla akan langsung dipukuli. 

Kemudian, keluarga mereka tertimpa masalah. Mereka pergi ke luar negeri dan memutuskan hubungan dengan Kayla. Jadi, di mata Viola… Kayla adalah wanita yang boleh diintimidasi sesuka hatinya, bukan Nyonya Oliver yang terhormat. 

Kayla menunduk, lalu melirik lengan bajunya yang kusut sambil berkata dengan tenang. “Para pemuda 

15 BCAS 

kaya itu nggak tertarik dengan wanita kasar, apalagi wanita yang suka main tangan saat marah, Sebaiknya kamu singkirkan niat untuk menikah dengan keluarga kaya,” 

Viola segera melepaskan tangannya dan melihat ke sekeliling dengan was–was sebelum berkata dengan nada memerintah, “Aku sudah memesan restoran. Kirim pesan pada Davin sekarang juga, ajak dia makan malam.” 

Kalau bukan karena terpaksa, dia tidak akan meminta bantuan dari Kayla. 

Davin baru saja kembali dan belum resmi bergabung dengan Perusahaan Warly sehingga Viola tidak dapat menemukan informasi yang berkaitan dengan Davin di internet. 

Semalam, dia meminta ayahnya memperkenalkannya dengan Davin, tetapi karena mereka pergi ke luar negeri untuk menghindari utang, mereka sudah lama putus hubungan dengan orang–orang di sini. Saat ini, hanya Kayla yang mengenal Davin …. 

Kayla menjawab dengan tegas, “Nggak.” 

“Kamu nggak menginginkan benda peninggalan ibumu lagi?” Melihat tangan Kayla yang hendak menggesekkan kartu berhenti, Viola pun berkata dengan sombong, “Kalau kamu mengajaknya….” 

“Ini bukan sesuatu yang bisa kamu kendalikan.” Kayla menyela dengan kesal. “Viola, jangan sampai aku mendengar soal ibuku lagi atau aku akan membuatmu nggak bisa menjalin hubungan dengan orang kaya mana pun seumur hidupmu.” 

Keluarga kaya sangat mementingkan reputasi dan menghancurkan reputasi seorang wanita adalah hal yang sangat mudah, mereka bahkan tidak perlu menguras tenaga. 

Viola sangat marah. Dia merasa Kayla tidak ingin memperkenalkannya dengan Davin karena Kayla masih menyukai Davin. 

Dia berkata dengan nada sinis, “Apa Kak Theo tahu kamu masih menyukai pria lain?” 

“Dia nggak tahu. Cepat beri tahu dia, menjauhlah dari hadapanku, jangan ganggu aku.” 

Kamu!” Melihat Kayla tidak bersedia mengalah, Viola pun makin keras. “Kalau kamu nggak setuju, aku akan terus mengikutimu. Ayah sudah mengetahui hal ini, dia pasti akan memarahimu habis–habisan!” 

Kayla mengabaikannya dan langsung menggesek kartu. Lagi pula, Viola tidak bisa masuk tanpa tiket. Kalau dia membeli tiket, dia adalah pendonor, Kayla tidak bisa menghentikannya. 

“Bip bip….” Sensor lampu merah berkedip. “Tidak terbaca, silakan gesek kartu Anda lagi.” 

Kayla mengira tata letak kartunya kurang akurat, Jadi dia mencoba sekali lagi, tetapi hasilnya masih 

sama. 

Melihat adegan ini, Viola pun melipat tangannya sambil berkata dengan nada sinis, “Hmph, jangan- jangan kamu diusir karena nggak menjalankan tugasmu dengan baik? Kamu mengabaikan pekerjaan di jam kerja dan berselisih dengan tamu. Kalau aku….” 

+15 BONUS 

Kayla tidak mendengar omelan Viola, dia langsung membawa kartu pas tersebut ke satpam, Satpam hanya berkata “tunggu sebentar, lalu pergi menelepon seseorang. 

Beberapa menit kemudian, satpam itu kembali. Dia bukan hanya tidak mengembalikan kartu itu kepada Kayla, tetapi juga berkata, “Maaf penanggung jawab pusat konvensi bilang dalam dua hari ke depan. Anda nggak perlu datang lagi.” 

Kayla mengerutkan keningnya. Dia bukan staf pusat konvensi dan tidak perlu mendengarkan perintah penanggung jawab. 

Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Hardy yang berada di studio. 

Telepon Hardy dalam keadaan aktif, tetapi tidak ada yang menjawab. Sembari menunggu Hardy meneleponnya kembali, dia sudah memikirkan berbagai kemungkinan buruk. (1 

“Pak Hardy, aku nggak bisa masuk ke area pameran.” 

“Key….” Suara Hardy terdengar sangat serak dan kelelahan. “Selama ini kamu sudah bekerja keras, beristirahatlah di rumah. Akhir–akhir ini pekerjaan di studio agak sepi, kebetulan kamu bisa libur.” 

Kayla sudah bekerja di Studio Yunox selama beberapa waktu. Makam kuno tersebut masih dalam tahap penggalian dan ada banyak benda rusak yang dikirim ke studio setiap hari. Apalagi orang yang menekuni profesi ini terbatas, mereka selalu kekurangan tenaga kerja. 

Kayla tidak berpura–pura bodoh, dia langsung bertanya, “Pak Hardy, apa ada yang memberimu tekanan?” 

COIN BUNDLE: get more free bonus 

GET IT 

+15 BONUS 

Kayla tidak mendengar omelan Viola, dia langsung membawa kartu pas tersebut ke satpam. Satpam hanya berkata “tunggu sebentar, lalu pergi menelepon seseorang. 

Beberapa menit kemudian, satpam itu kembali. Dia bukan hanya tidak mengembalikan kartu itu kepada Kayla, tetapi juga berkata, “Maaf penanggung jawab pusat konvensi bilang dalam dua hari ke depan, Anda nggak perlu datang lagi.” 

Kayla mengerutkan keningnya. Dia bukan staf pusat konvensi dan tidak perlu mendengarkan perintah penanggung jawab. 

Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Hardy yang berada di studio. 

Telepon Hardy dalam keadaan aktif, tetapi tidak ada yang menjawab. Sembari menunggu Hardy meneleponnya kembali, dia sudah memikirkan berbagai kemungkinan buruk. 

*Pak Hardy, aku nggak bisa masuk ke area pameran. 

“Key….” Suara Hardy terdengar sangat serak dan kelelahan. “Selama ini kamu sudah bekerja keras. beristirahatlah di rumah. Akhir–akhir ini pekerjaan di studio agak sepi, kebetulan kamu bisa libur.” 

Kayla sudah bekerja di Studio Yunox selama beberapa waktu. Makam kuno tersebut masih dalam tahap penggalian dan ada banyak benda rusak yang dikirim ke studio setiap hari. Apalagi orang yang menekuni profesi ini terbatas, mereka selalu kekurangan tenaga kerja. 

Kayla tidak berpura–pura bodoh, dia langsung bertanya, “Pak Hardy, apa ada yang memberimu tekanan?” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.