Chapter Bab 125
Bab 125 Cemburu
Saat ini, para rekan yang keluar bersama Kayla pun tersenyum ambigu.
Setelah diejek seharian, akhirnya dia bisa menghadapi tatapan orang–orang ini dengan tenang. Ketika melewatinya, Nita menoleh untuk berbisik, “Key, bekas cluman di belakang telingamu nggak tertutupl.”
Kayla tidak pernah pacaran dan langsung menikah. Selain itu, dia juga tidak pernah disentuh selama tiga tahun menikah. Setenang apa pun dia, dia tetap akan merasa canggung ketika diejek oleh rekannya seperti ini. Dia buru–buru mengangkat tangannya untuk menghalangi pandangan Nita,
“Nggak usah ditutupi, semua orang sudah melihatnya.”
Kayla tertegun.
Sebelum meninggalkan rumah pagi ini, Kayla sudah becermin. Dia menutupi bekas ciuman di lehernya dengan concealer, lalu memakai sweter berleher tinggi dan syal. Dia bahkan menggeraikan rambutnya yang biasanya diikat. Bisa dibilang dia sudah melakukan persiapan penuh, tetapi tetap ketahuan.
Nita Sobian adalah orang yang ceria dan berani. Melihat Kayla tersipu, dia menyapa Theo, lalu bergegas
pergi.
Jika ditotalkan dengan petugas kebersihan, ada belasan orang di studio. Dalam sekejap, hanya tersisa dia dan Theo.di depan pintu.
“Masuk.”
“Pak Theo, sepertinya kamu kurang jelas dengan statusmu?” Kayla sudah sering memendam amarah setiap diganggu Theo. Namun, melihat Theo muncul di hadapannya, seluruh amarahnya meluap. Menurutmu wanita mana yang berani masuk ke mobil pria yang ingin memerkosanya?”
Dia menekankan kata “pria yang ingin memerkosanya” dengan kuat. Terlihat jelas dia masih marah dengan kejadian tadi malam.
Theo memandangnya sejenak sebelum berkata, “Maaf, aku kehilangan kendali.”
Theo memang sedang meminta maaf, tetapi sama sekali tidak terdengar tulus. Dia bukan hanya tidak menunjukkan rasa bersalah, malah menambahkan kata “kehilangan kendali” yang mengisyaratkan bahwa dia akan mengulangi perbuatan ini lagi. Dia seperti orang yang tidak bermoral.
Kayla terdiam.
Lupakan saja, bagaimana bisa binatang tahu diri? Untuk apa membuang–buang waktu dengannya? Sekalipun dimarahi, dia tidak akan merasa bersalah, kalau langsung memukulnya …..
Seseorang yang suka dipukuli sepertinya mungkin akan merasa senang.
“Kayla.” Tepat ketika Kayla hendak pergi, Theo menghentikannya. “Apa kamu nggak menginginkan benda
-benda peninggalan Ibumu lagi?”
Kayla tiba–tiba berbalik.
Penyejuk udara di dalam mobil menyala. Theo hanya mengenakan kemeja dan celana panjang yang terkancing rapat sehingga Jakunnya yang seksi dan gagah pun terlihat. Namun, setampan apa pun dia, hal tersebut tidak bisa menutupi sifatnya yang licik.
“Bagaimana bisa kamu mempunyal barang–barang peninggalan ibuku?”
Saat Martin berjanji akan mengirimkan barang–barang itu, Kayla sudah mengirimkan nomor ekspedisi padanya. Namun, Martin tidak menanggapinya. Barang–barang itu mungkin sudah tidak ada, sekalipun masih ada, Martin belum tentu akan mengembalikannya. Jadi, dla pun berhenti berharap.
Meskipun Theo bukan pria baik, Theo tidak akan menggunakan hal seperti ini untuk membohonginya. Kalau Theo mau, menemukan barang–barang itu adalah hal yang mudah, lebih mudah daripada membohonginya.
“Masuk.”
Kayla menarik napas dalam–dalam, lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
Theo meliriknya. Dia sedang mengeluarkan semprotan anti maling dan palu pengaman yang berfungsi untuk memecahkan kaca mobil dari tasnya.
Theo tertegun. Dia yakin palu pengaman itu akan Kayla gunakan untuk membelah kepalanya.
Mobil melaju menuju Vila Aeris. Begitu masuk ke dalam mobil, Kayla langsung menoleh ke arah jendela, terlihat jelas dia tidak ingin berkomunikasi dengan Theo.
Theo bertanya, “Kenapa kamu membuang bunga itu?”
*Jadi? Apa aku harus memotretnya dan memamerkannya di forum kampus?”
Kayla mengatakan ini untuk mengejek Theo, tetapi dia lupa bahwa Theo adalah pria yang narsistik. Setelah terdiam sejenak, Theo pun bertanya, “Kamu cemburu? Bukan aku yang mengirimkan bunga kepada Raline.”
Kayla terdiam. 1
Daripada mendengar Theo membuatnya emosi, dia memejamkan matanya untuk beristirahat. Menghadapi orang narsistik seperti Theo, menjelaskan berarti menutupi sesuatu dan diam berarti setuju.
Demi barang–barang peninggalan ibunya, Kayla memutuskan untuk menahan amarahnya!
Vila Aeris.
Dia sudah pindah dari sini selama beberapa bulan. Meskipun dia sempat datang beberapa kali, dia selalu pergi dengan tergesa–gesa dan tidak pernah memperhatikan dengan saksama. Awalnya, dia mengira dia akan merasa asing dengan tempat ini, tetapi ketika membuka pintu, semua benda di dalam
+ 15 BONUS.
masih sama seperti sebelum dia pindah, bahkan tata letak ornamen pun tidak berubah
Sandalnya masih terletak di dalam lemari sepatu,
Dia pindah saat pertengahan tahun. Sekarang, sandal yang terletak di dalam adalah sandal lamanya, seolah–olah dia tidak pernah meninggalkan tempat ini.
“Di mana barang–barang ibuku?”
“Kamar tamu lantai dua.”
Setelah mendapatkan jawaban, Kayla langsung mengabaikan Theo dan bergegas ke atas.
Barang–barang yang terkumpul tidak terlalu banyak. Semuanya berhubungan dengan restorasi budaya dan barang antik. Kayla tidak yakin apakah barang–barang ini milik ibunya, tetapi dia melihat beberapa benda yang familier.
Theo bersandar di pintu dan tidak masuk. “Tas, pakalan dan sepatu yang dijual semuanya sudah dipakai orang. Jadi, aku nggak membelinya.”
Semua itu adalah barang bermerek. Meskipun sudah dipakai, tetap ada yang membelinya.
Kayla membuka salah satu kotak perkakas yang berisikan peralatan untuk memperbaiki barang antik.. Mungkin karena barang itu tidak terlalu berharga, ia terawat dengan baik.
Kayla berkatą. “Terima kasih, bolehkah aku meminjam sebuah koper?”
Meskipun ibunya sudah lama meninggal dan dia sudah menerima kenyataan ini, ketika melihat benda- benda yang berkaitan dengan ibunya, emosinya tetap terpengaruh dan matanya terasa perih.
Theo menjawab, “Aku nggak punya. Aku akan meminta orang pergi membelinya, mungkin butuh waktu
setengah jam.”
Kayla memunggunginya. Dilihat dari belakang, Kayla baik–baik saja. “Aku masih harus rapat, nanti pembantu akan mengantarkannya padamu.”
Ketika pergi. Theo sekalian menutup pintu.
Setelah suara langkah kaki Theo menjauh, Kayla baru merilekskan badannya dan duduk di kursi.
Bagaimana mungkin tidak ada koper di rumah? Theo hanya ingin mengatakan bahwa tidak akan ada yang masuk selama setengah jam dan dia boleh melampiaskan emosinya di sini.
Kayla memperhatikan benda–benda itu. Makin dilihat, dia merasa makin familier. Semua ini adalah benda–benda yang pernah digunakan oleh ibunya.
Beberapa menit kemudian, dia menundukkan kepalanya dan membenamkan wajahnya ke telapak
tangannya.
Setengah jam kemudian, pembantu datang untuk mengantarkan koper. Kayla menolak bantuan dari
+15 BONUS
pembantu, dia mengemas semua barang–barang itu secara pribadi dan membawanya turun ke bawah.
Theo sedang duduk di meja makan yang berisikan berbagai hidangan mewah. “Ayo makan.”
Kayla menundukkan kepalanya dan langsung menunjukkan apa itu kekejaman yang sesungguhnya. Dia langsung pergi dengan membawa koper tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Vila sangat luas, jarak dari ruang makan ke ruang tamu cukup jauh. Ketika Theo menghentikannya, Kayla sudah sampai di depan pintu.
“Aku akan mengantarmu setelah makan.
“Terima kasih telah membantuku menemukan barang peninggalan ibuku. Aku nggak akan mengganggu
kalian berkencan.”
Theo tidak memahami maksud Kayla sebelum mendengar suara wanita yang familier dari luar pintu.” Theo ….”