Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 126



Bab 126 Malam Ini Tidur di Sini 

Melihat Raline muncul di depan pintu dan memikirkan apa yang diucapkan Kayla sebelumnya, Theo dapat menyimpulkan keadaan. 

Theo menyipitkan matanya dan suatu kehangatan pun menyelimuti matanya. Tatapannya tampak sangat tenang. 

Dia tidak terlihat marah, tetapi orang–orang dapat merasakan amarahnya. Tangannya yang sedang menggenggam tangan Kayla menjadi lebih kuat dan disertai dengan keinginan membunuh. “Kamu yang menyuruhnya datang?” 

Rasa sakit yang luar biasa menyebar dari lengan Kayla ke sekujur tubuhnya, Dia otomatis merintih kesakitan, tetapi sebelum dia mencoba untuk melepaskan diri, Theo sudah melepaskan tangannya. 

Dia menundukkan kepalanya untuk menatap pergelangan tangan Kayla yang merah. “Maaf, aku nggak 

sengaja.” 

Theo langsung meminta maaf setelah menyakiti Kayla. Jika dibandingkan dengan caranya meminta maal di depan studio tadi, saat ini dia terkesan lebih tulus. Walaupun saat ini sikapnya sangat sopan, Kayla tetap menjauh darinya. 

Karena ekspresinya tidak jauh berbeda dengan psikopat di drama TV. Kalau dia mengenakan kacamata berbingkai emas, dia akan langsung tampak seperti pembunuh gila yang terlihat santun. 

“Karena kamu yang memanggilnya datang, kamu harus bertanggung jawab untuk mengusirnya.” 

Kayla memanggil Raline datang karena sudah menduga Theo tidak akan membiarkannya pergi begitu saja, bagaimana mungkin dia mengusir Raline sesuai dengan permintaan Theo? 

“Kamu….” 

Di tengah pembicaraan mereka, Raline pun menyela, “Kayla. 

Wajahnya seputih salju, tubuhnya yang langsing sedikit bergetar, reaksinya seolah–olah menunjukkan bahwa dirinya baru dipermalukan. Kini, wajahnya dipenuhi dengan amarah dan tekanan, “Aku sudah lama nggak berinteraksi dengan Theo, kamu nggak perlu memperlakukanku seperti ini.” 

Dia memandang Theo yang tampak cuek, lalu tersenyum sinis. “Sekalipun aku nggak tahu malu, aku nggak akan mengganggu pria yang nggak menyukaiku dan membuat orang kesal.” 

Ekspresi Theo berubah muram. Bibirnya yang tipis mengerut dan dia menatap Raline dengan penuh 

peringatan. 

Kayla melihat semua adegan ini dari samping. Huh, pasangan yang enggan untuk mengalah dan suka memainkan permainan menebak perasaan satu sama lain. Alhasil, dia menjadi alat yang digunakan 

seseorang untuk membuat orang lain cemburu. 

+15 BONUS 

Licik… sekali! 

Entah hal buruk macam apa yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga bertemu dengan dua orang seperti inil 

Kayla berkata dengan lemas, “Bagaimana kalau kamu masuk dulu, blar kuceramahi kalian?” 

Kayla ingin tahu kendala apa yang mereka alami hingga harus alur berpacaran mereka begitu rumit. Orang lain mungkin akan mengira mereka memiliki dendam yang sangat besar. 

Raline menjawab, “Nggak usah.” 

Theo berkata, “Keluar.” 

Keduanya berbicara pada saat yang bersamaan. Salah satunya mencibir dan yang lainnya tampak sangat galak. 

Mata Raline memerah, dia langsung berbalik pergi. Setelah berjalan dua langkah, dia tiba–tiba berbalik. “ Karena sudah datang, aku ingin menjelaskan soal kartu undangan. Manajerku yang melakukannya. Karena belakangan ini aku berencana untuk maksud ke dunia hiburan, dia ingin membantuku, tapi malah menimbulkan kesalahpahaman. Aku sudah menegurnya, dia nggak akan mengulangi hal seperti itu lagi. 

Maaf.” 

Kali ini, dia langsung pergi tanpa menoleh ke belakang lagi. 

Kayla juga ingin pergi, tetapi sebelum dia bergerak, Theo sudah menebak isi hatinya. Theo mengancamnya dengan galak, “Setelah menemaniku makan, aku akan mengantarmu pulang. Kalau malam ini kamu ingin tidur di sini, kamu boleh membangkang.” 

Kayla menoleh ke arah punggung Theo yang berjalan ke ruang makan. Seketika, rasa simpatinya pun meluap. Dia merasa Theo sangat menyedihkan. Dia memang kaya, berkuasa, tampan dan gagah, tetapi malah jatuh cinta pada wanita seperti Raline. Saat ini, dia sangat mengasihani Theo. 

“Apakah kamu yakin bisa makan denganku? Bagaimana kalau aku memohon padanya untuk kembali?” 

Dia tidak mungkin memohon pada Raline, paling–paling dia akan menyeret Raline secara paksa. 

Namun, Theo malah menatapnya dengan dingin. “Apakah kamu ingin menggunakan status Nyonya Oliver untuk memintanya kembali agar wartawan bisa menuliskan berita yang nggak–nggak?” 

Sekarang, Kayla menyesal karena sudah mengasihani Theo. Theo mempertimbangkan nama baik Raline, tetapi dia malah mengasihani Theo, sungguh konyol! 

Karena tidak mendengar suara apa pun dari belakang. Theo pun bertanya, “Kenapa diam?” 

Kayla berkata dengan galak, “Karena aku tahu orang yang nggak disayangi nggak boleh terlalu berisik, makin berisik akan makin cepat mati.” 

+15 BONUS 

Dasar bajingan! Tangannya hampir remuk! 

Setelah makan malam. Theo menepati janjinya untuk mengantar Kayla kembali ke apartemen. Karena suasana hatinya yang buruk, dia tidak berbicara di sepanjang perjalanan. Awalnya, Kayla minta diantar oleh Dafa, tetapi Theo tidak mengizinkan. Alhasil, tetap Dafa yang mengemudikan mobil. 

Dasar pria munafik! 

Keesokan paginya, Kayla pergi ke kantor Hardy. 

Semalam dia memeriksa barang–barang peninggalan ibunya dengan hati–hati dan tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. 

“Apa? Kamu dan … Riana?” Hardy memandang Kayla dengan kaget. Dia tidak berani memercayai kenyataan ini, tetapi dia merasa hal ini sangat masuk akal. Selain memiliki wajah yang mirip. keterampilan mereka juga serupa. Bagaimana mungkin ada hal yang begitu kebetulan di dunia ini? 

“Lalu, saat aku menanyakan soal Riana, kenapa kamu nggak memberitahuku? Bagaimana keadaan ibumu sekarang? Apakah masih menekuni profesi ini?” 

“Ibuku sudah meninggal.” 

“Sepuluh tahun yang lalu, dia bukan putus kontak denganmu, melainkan meninggal.” 

Kayla mengungkapkan identitasnya pada Hardy bukan karena gegabah. Selama beberapa tahun ini, dia tidak menemukan informasi apa pun terkait kematian ibunya. Dia pernah menduga bahwa kematian ibunya mungkin hanyalah sebuah kecelakaan, tetapi kakeknya yakin bahwa ibunya dijebak. Kemudian, mereka menemukan bahwa ibunya sedang memperbaiki suatu lukisan sebelum meninggal. 

Seharusnya lukisan itu belum selesai diperbaiki saat ibunya meninggal, tetapi setelah ibunya meninggal, lukisan itu menghilang. 

Karena musuh berada di kegelapan, dia pun memutuskan untuk menunjukkan diri.- 

Kayla tidak tahu apakah cara ini efektif, bagaimanapun hal ini sudah berlalu sepuluh tahun. Kalau terdapat rencana busuk, pasti sudah terselesaikan. 

Namun, karena belum ada kesimpulan, berarti hal ini masih dapat diselidiki. 

Kayla ingin memanfaatkan koneksi Hardy untuk menyebarkan bahwa dia adalah putri Riana. 

Hardy berkata, “Dia 

Dia menganga, setelah belasan detik, dia baru lanjut berkata, “Apa penyebab kematian ibumu?” 

Kayla menceritakan soal penyebab kematian ibunya beserta dengan kecurigaan dan petunjuk yang dia 

+15 BONUS 

temukan selama beberapa tahun ini. 

Hardy mengerutkan keningnya sambil berkata dengan nada menentang. “Kalau ibumu masih hidup. ibumu pasti nggak akan membiarkanmu membahayakan diri. Nggak, aku nggak akan membiarkanmu mengambil risiko, aku harus mewakilinya menjagamu. Kita bisa menyelidiki secara diam–diam, pasti akan ada petunjuk.” 

Kayla berkata, “Sebelum kakekku meninggal, beliau masih mengingatkanku untuk menemukan pembunuh ibuku, aku nggak boleh mengecewakannya.” 

“Kita bisa menyusun rencana jangka panjang.” Hardy menyimpulkan. “Pertama, kita umumkan kamu adalah Key. Setelah terkenal di industri ini, mungkin petunjuk akan datang secara sendirinya.” 

Meskipun beberapa tahun ini Key cukup terkenal di industri ini, karena Kayla terlalu tertutup, hampir tidak ada orang yang dapat menghubunginya. Alhasil, hanya sedikit orang yang mengetahui kehebatannya. 

“Film dokumenter itu mendapatkan tanggapan yang sangat baik. Kali ini, Pak Owen ingin membuat ragam hiburan dan pernah menanyakan apakah boleh mengundangmu sebagai bintang tamu. Dia ingin kamu menunjukkan diri untuk meningkatkan jumlah penonton. Kalau terkenal ini adalah kesempatan yang bagus….” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.