Chapter Bab 124
Bab 124 Ingin Memiliki Keduanya
Kayla menginjak rem dan pegawai yang sedang memegang bunga pun menoleh ke arahnya. Pegawai itu buru–buru mengeluarkan ponsel dari tas untuk mencocokkan sesuatu dengan foto di ponsel.
Setelah memastikan bahwa mobil ini adalah targetnya, dia pun berjalan menghampiri Kayla.
Saat ini, semua orang di studio berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan. Ketika mereka datang.
pegawai itu sudah berdiri di sana sambil memegang bunga, sulit untuk diabaikan.
Kayla sudah menghentikan mobilnya di depan studio. Di bawah tatapan begitu banyak orang, dia tidak mungkin berbalik pergi begitu saja. Kalau dia bertindak seperti itu, orang–orang akan makin heboh dan masalah tidak teratasi. Jadi, dia terpaksa melihat ke arah orang yang berjalan mendekat itu.
“Permisi, apakah Anda Nyonya Oliver?
Meskipun jendela mobil tertutup, suara orang itu terdengar jelas.
Kayla termenung untuk beberapa saat. Setelah memarkir mobil. dia mendorong pintu dan turun.
“Pak Theo mengirimkan Anda bunga, tolong diterima.”
Begitu dia selesai berbicara, rekan–rekan Kayla mulai berseru. Jumlah karyawan di studio sedikit dan pekerjaan mereka agak membosankan. Selain itu, rentang usia antar rekan juga jauh sehingga jarang bisa mengobrol. Kini, mereka yang jarang bergosip pun terpancing oleh buket bunga yang indah ini.
Mereka sudah membaca pencarian utama kemarin, bahkan rekan yang biasanya jarang membaca
berita pun sudah menerima tautan. Tak disangka, Key yang begitu rendah hati… adalah nyonya muda
Perusahaan Oliver.
Keluarga Oliver adalah keluarga konglomerat!
Mereka tidak menyangka ternyata rekan mereka begitu kaya!
Kayla melihat tanda terima yang diberikan pegawai itu, tetapi tidak menerimanya.
Karena buket bunga itu sangat besar, dia tidak dapat memegang buket itu dengan satu tangan.
Meskipun tangannya mulai gemetaran, dia tetap meminta Kayla menandatangani tanda terima barang.
Demi membubarkan rekan–rekannya, Kayla segera menandatangani formulir itu sambil berkata, “Buang
saja bunganya.”
Mendengar ucapan ini, pegawai itu meletakkan bunga di kap mobil sambil mengucapkan “terima kasih“.
lalu pergi.
Bagaimana mungkin dia membuang bunga pelanggan? Tokonya akan bangkrut!
Kayla memandang bunga di kap mobil, lalu masuk ke dalam mobil untuk menghindari tatapan aneh
+15 BONUS
rekan–rekannya. Setelah itu, dia menghubungi orang yang mengirimi bunga. “Theo, apa maksudmu?”
Theo baru saja menerima pesan dari pegawai toko bunga dan mengetahui bahwa Kayla sudah menerima bunga itu. Sekarang, mendengar Kayla bertanya dengan marah, dia pun mengerutkan keningnya. “Kamu nggak senang?”
“Senang apaan,” jawab Kayla dengan lantang. Dia belum membuat perhitungan dengan pria yang hampir memerkosanya semalam. “Kalau kamu setuju untuk bercerai denganku dan berhenti menggangguku seperti ini, aku baru senang.”
Theo yang berada di ujung lain telepon tidak bersuara.
Kayla merasa dirinya seperti sedang meninju kapas karena tidak bisa melampiaskan amarahnya.
Theo yang dapat merasakan amarahnya pun berkata dengan tenang. “Kalau begitu, kamu nggak akan senang seumur hidupmu.” Kayla menggertakkan giginya sambil berkata dengan frustrasi, “Jangan menyuruh orang mengirim bunga ke studio lagi.”
Setelah berkata demikian, dia tidak lupa menambahkan, “Rumah pun nggak boleh.”
“Bukannya kamu bilang wanita suka dikejar seperti ini?”
“Siapa yang bilang….” Kayla emosi hingga ingin mencabik–cabik orang. Kemudian, dia tiba–tiba teringat akan sesuatu. “Yang menyukai hal seperti ini adalah Raline.”
Namun, mengingat Raline sudah menerima bunga dari Theo dan memamerkannya ke sosial media. Kayla pun berkata dengan nada sinis, “Kamu sungguh berengsek. Bisa–bisanya menghadiahkan barang yang sama kepada istri dan selingkuhan, bahkan warna pun sama persis. Konyol sekali, jangan harap bisa memenangkan hati dua wanita sekaligus.”
Di ujung lain telepon, Axel datang untuk melaporkan pekerjaan. Melihat wajah Theo berubah muram, dia pun bertanya–tanya dalam hati, nasib buruk apa yang sedang menimpanya sampai–sampai harus diserang seperti ini.
Mendengar nada sibuk dari sambungan telepon, Theo pun mengangkat matanya untuk melihat Axel. Kenapa undangan acara pelelangan ada di tangan Raline?”
Saat itu, dia tidak berencana untuk pergi, jadi Axel mengambil kartu undangan itu. Namun, entah mengapa kartu undangan yang seharusnya dibuang ini ada di tangan Raline bahkan menimbulkan kesalahpahaman yang begitu besar.
Axel menjawab, “Aku sudah bertanya pada petugas kebersihan yang membersihkan ruang pada hari itu. Seseorang datang mencarinya untuk membeli kartu undangan itu, pelaku adalah seorang laki–laki yang mengenakan masker dan topi, dia nggak melihat wajahnya dengan jelas.”
Dia menatap Theo sambil berkata, “Mengenai apakah Nona Raline yang melakukan ini, belum diketahui.”
Saat itu, karena sedang sibuk menyiapkan materi rapat, dia membuang kartu undangan itu dalam keadaan utuh. Meskipun kartu undangan itu terlihat mewah, sebenarnya tidak ada gunanya. Apalagi di
+15 BONUS
atasnya bertuliskan nama orang yang diundang, orang yang memungutnya belum tentu bisa masuk. Oleh sebab itu, dia lalai.
Axel tidak menyangka kartu undangan itu akan menimbulkan masalah.
Menghadapi tatapan dingin Theo, kakinya pun melemas dan jantungnya berdebar kencang. Axel bahkan sudah berpikir untuk bekerja di tempat lain.
“Serahkan orang itu ke kantor polisi, lalu hubungi Departemen Hukum perusahaan untuk menjalani prosedur hukum.” Nada bicara Theo sangat dingin. “Kalau kamu membuat kesalahan kecil seperti ini lagi, aku akan mempertimbangkan ulang apakah kamu cocok dengan posisi ini.”
Axel yang lolos dari bencana pun menghela napas lega. “Pak Theo, aku janji hal seperti ini nggak akan terulang lagi.”
Setelah berkata demikian, dia berencana untuk pergi karena takut Theo akan berubah pikiran.
Tunggu sebentar.” Axel sontak ketakutan dan anggota tubuhnya menjadi kaku. Tatapan Theo berubah suram, dia teringat akan kata–kata aneh yang diucapkan Kayla. “Coba selidiki situasi Raline akhir–akhir
ini. Contohnya apakah ada yang mengiriminya bunga.”
Kalimat terakhir terdengar sangat dingin hingga suasana di sekitar menjadi sangat mencekam.
Axel agak kebingungan. Sebenarnya Theo menyukai Kayla atau Raline?
Jangan–jangan ingin memiliki keduanya?
Meskipun dia sedang memikirkan hal ini, ekspresinya tetap tampak sangat tenang. “Baik.”
Kayla benar. Sekarang dia seperti kasim di zaman kerajaan kuno yang selalu berusaha untuk menyenangkan raja.
Pada akhirnya, Kayla melemparkan bunga tersebut ke tong sampah, lalu memotretnya dan mengirimkan
Ke TheO.
Kayla melakukan ini bukan untuk membuat Theo marah, melainkan untuk memberi tahu Theo bahwa hal seperti ini tidak ada gunanya, dia tidak akan terima.
Di tengah kejadian itu, Bella sudah mengirimkan beberapa pesan. “Foto itu diposting oleh adik kelas yang sedang magang di tim tari Raline. Bisa–bisanya dia mengatakan bahwa Theo sangat mencintai Raline, bahkan ada sekelompok orang yang mengucapkan selamat pada mereka. Apakah zaman sekarang pasangan yang berselingkuh pun mendapatkan dukungan dari masyarakat? Apa mereka masih punya otak?”
*Kulihat Raline memberi penjelasan di bagian komentar. Katanya jangan salah paham, dia dan Theo hanya teman baik. Bahkan aku pun dapat mencium aroma perselingkuhan dari layar ponsel.”
“Sialan, aku sungguh ingin membongkar perselingkuhan mereka.”
16 BONUS
Kayla membalas pesannya dan memintanya untuk mengabaikan hal ini. Bagaimanapun, Kayla berharap Raline lebih giat lagi agar mereka bisa segera berceral.
Karena buket bunga itu, rekan–rekan terus mengejek Kayla. Akhirnya, mereka sudah boleh pulang. Begitu keluar, dia melihat Bentley mewah milik Theo yang diparkir di depan Studio.
Kayla mengerutkan keningnya dengan kesal. “Ngapain datang ke sini?”
Theo berkata, “Karena kamu nggak suka bunga, aku terpaksa datang untuk menjemputmu pulang.”