Chapter Bab 123
Bab 123 Gadis yang Pernah Dikejar Theo
Theo melepaskan Kayla dan Kayla pun memelototinya dengan galak. Masih terlihat bekas ciuman yang
brutal di leher Theo…. 1)
Kalau sekarang dia memiliki pisau, dia mungkin akan langsung menusuk Theo. Dia sama sekali tidak tampak ketakutan.
Theo tidak menjawab, matanya tertuju pada tangan Davin…. Tadi Davin menggunakan sidik jari untuk
membuka pintu.
Sebagai tuan muda dari keluarga terhormat, kecerdasan emosional adalah pelajaran paling mendasar. Selain itu, kecerdasan emosional yang harus mereka kuasai adalah kemampuan menilai situasi. Meskipun Theo tidak berbicara, Davin langsung memahami maksudnya.
“Maaf, kemarin terlalu terburu–buru, belum sempat dihapus.”
Ini memang adalah kelalaiannya. Davin membuka pintu, lalu mengklik layar untuk menghapus sidik jarinya dari sistem.
Sikap Theo sangat dingin, dia bahkan tidak mempersilakan Davin untuk masuk. Dia hanya berdiri di pintu masuk dan berkata dengan ekspresi mengusir tamu. “Sudah larut malam, ada urusan apa?”
“Kebetulan lewat dan mendengar satpam bilang semalam terjadi sesuatu di bawah, jadi aku naik untuk melihat–lihat.‘
Sebenarnya, pagi ini satpam meneleponnya untuk melaporkan insiden semalam secara detail.
“Kamu mau pergi ke mana? Sepertinya Vila Gamma nggak searah dengan tempat ini?”
Kedua pria itu bertatapan. Davin tampak sangat tenang, sekalipun dia berbohong, dia sama sekali tidak panik. Alhasil, muncul suatu aura pertentangan yang kuat.
Davin menyebut suatu nama tempat dengan lancar.
Kayla menunjuk ke koridor sambil berkata pada Theo dengan nada dingin, “Keluar!”
“Kay….” Theo memanggil namanya. Wajah tampannya tampak sangat tenang dan tidak terlihat sedikit pun kemarahan, tetapi dipenuhi dengan nada mengancam.
Kayla tiba–tiba meninggikan suaranya. Karena terlalu emosi, matanya memerah. Dia bahkan tidak memedulikan citranya di depan Davin lagi dan membiarkan Davin mengetahui bahwa pernikahannya sangat kacau. “Keluar, pergi dari sini!”
Ekspresi Theo berubah muram. Dia mengerutkan aslinya dan mengulurkan tangan untuk meraih Kayla.
Kayla hanya berdiri diam. Entah karena terlalu marah, tidak sempat menghindar atau tidak tahu harus berbuat apa. Namun, sebelum Theo menyentuhnya, Theo sudah dicegat oleh Davin.
+15 BONUS
“Ayo pergi minum?”
“Davin.” Theo menyipitkan matanya yang dipenuhi dengan hawa dingin. “Kamu sudah melewati batas.”
Dari segi aura, meskipun Davin adalah pria yang lembut, dla sama sekali tidak tampak lebih lemah dari Theo. “Aku nggak ingin mencampuri urusan rumah tangga kalian. Tapi kalau kamu memaksa untuk tinggal di sini malam ini, masalah kallan bukan hanya nggak akan teratasi, hubungan kalian juga akan memburuk.”
Theo terdiam.
“Theo, sekarang dia nggak ingin melihatmu.”
Bukan hanya sekarang, Kayla tidak ingin melihat Theo selama sisa hidupnya lagi!
Suasana di dalam ruangan menjadi sangat sunyi…
Setelah beberapa saat, Theo dan Davin pun pergi.
Dafa pergi dan Theo masuk ke mobil Davin.
Suara Davin sangat dingin. Saat ini, keramahan yang sudah dia pupuk sejak berusia dua belas atau tiga belas tahun seolah–olah lenyap. “Pergi ke mana? Vetro?”
“Ya.” Theo memejamkan matanya untuk beristirahat, sepertinya dia tidak ingin berbicara.
Namun, Davin tidak menuruti keinginannya untuk tidak membahas kejadian tadi. Davin berkata, “Aku yakin kamu tahu Kayla sudah bertekad untuk bercerai denganmu.”
Sikap Theo menjadi agak dingin dan kasar. “Jadi?”
Davin menjawab, “Sekalipun nggak ada aku, akan ada orang lain, contohnya….”
Dia menoleh ke arah Theo yang terlihat jelas sedang kesal. Setelah tertegun sejenak, dia pun lanjut berkata, “Orang yang berkelahi denganmu semalam.”
Theo perlahan–lahan membuka matanya. “Kamu mengaku kamu menyukainya?”
Nada mencurigai dalam kalimat ini terdengar jelas.
Davin menepikan mobil, lalu mengeluarkan sebatang rokok dan meletakkan rokok itu di bibir. Dia bukanlah orang yang kecanduan merokok, bisa dibilang dia sangat jarang merokok. “Theo, atas dasar apa kamu mencurigaiku? Baik aku menyukainya atau nggak, aku nggak pernah melakukan hal yang keterlaluan. Tapi bagaimana dengan Raline? Apa rencanamu? Mempertahankan istri di rumah dan menafkahi wanita di luar?”
Malam ini, dia agak kehilangan kendali. Terutama ketika mendengar Kayla memanggil namanya.dari balik pintu. Jadi, meskipun dia tidak bertindak, kata–kata yang diucapkannya sangat agresif, bertentangan dengan kepribadiannya dan caranya menangani masalah.
Namun, Davin tahu dia tidak berhak mempertanyakan hal ini.
Jadi, dia mengusap alisnya untuk menahan amarahnya dan kembali bersikap lembut. “Kayla cantik dan berbakat. Ada banyak pria yang mengejarnya, kamu bisa saja menghentikan satu atau dua pria, tapi apa kamu bisa menghentikan semuanya? Dengan sifat Kayla, kalau dia benar–benar menyukai pria yang mengejarnya, dia nggak akan menyerah begitu saja. Saat itu tiba, apa yang bisa kamu lakukan selain menyetujui hubungan mereka? Apa kamu akan mengurungnya?”
Rahang Theo menjadi sangat tegang. Setelah Davin menyelesaikan kalimat terakhir, matanya pun berkedip.
“Pernahkah kamu berpikir dia ingin bercerai denganmu karena cemburu pada Nona Raline?”
Pada dasarnya, berteman dengan mantan pacar adalah hal yang sangat sensitif. Apalagi Theo tidak berniat untuk menghindari Raline dan didukung dengan berita yang beredar, orang–orang akan mudah salah paham.
Theo melihat langit malam yang indah di luar jendela. Setelah beberapa saat, dia pun menjawab, “Nggak.
Sikap dingin ini benar–benar tidak menunjukkan bahwa dia menyukai Kayla. Sebelumnya Davin mengira sikap Theo terhadap Kayla tidak sedingin yang terlihat, sekarang sepertinya pemikirannya salah.
“Apakah kamu… masih menyukai gadis yang kamu kejar sebelumnya? Kalau kamu masih belum bisa merelakannya, bercerailah baik–baik dan cobalah untuk mengejarnya lagi.”
“Wanita mana pun yang masih punya mata nggak akan menolak pria tampan, muda, kaya dan berbakat sepertimu dua kali.”
Insiden Theo ditolak sudah berlalu beberapa tahun….
Davin hanya mengetahui Theo ditolak dan sempat frustrasi untuk beberapa waktu. Mengenai siapa orang itu, Davin tidak tahu. Kemudian, Theo pun berpacaran dengan Raline.
Theo tersenyum dingin. “Dia memang buta.”
Davin tertegun.
Sepertinya Theo masih menyukainya.
“Kenapa kamu nggak memberitahuku siapa orang itu?” Mereka sudah berteman sejak kecil dan sering. main bersama. Sebagian besar orang yang mereka kenal berasal dari kalangan yang sama, Davin mungkin mengenal wanita itu. “Aku dan Carlos akan membantumu mengejarnya.”
“Carlos?” Theo mengerutkan keningnya. Meskipun dia tidak tampak seperti sedang mengejek, terlihat jelas dia meremehkan kemampuan Carlos dalam mengejar wanita. “Kita bicarakan setelah dia berhasil mengejar Celine.”
Davin terdiam.
Hal ini agak sulit.
Keesokan hatinya, Kayla bangun pagi–pagi sekali. Hari ini, dia akan kembali bekerja ke Studio Yunox.
Apartemennya agak jauh dari studio, jadi dia berangkat satu jam lebih awal. Ketika dia hampir tiba, dia menerima pesan WhatsApp dari Bella. Bella mengirimkan foto seseorang yang sedang memeluk buket
bunga.
Buket bunga itu berisikan bunga napas bayi dan bunga mawar berwarna biru–putih. Ukurannya sangat besar, bahkan rambut orang yang sedang memegangnya pun tidak terlihat.
“??” Kayla membalas dua tanda tanya. “Pemberian dari orang yang mengejarmu?”
“Sepertinya dari suamimu.”
Sebelum Kayla menjawab, Bella sudah mengirimkan pesan lainnya. “Untuk Raline. Foto ini menggemparkan forum kampus. Sudah tiga tahun lulus, teman yang duluan menikah mungkin sudah punya anak. Bisa–bisanya dia memposting foto itu di forum kampus, apa orang di dekatnya nggak mengucapkan selamat atau semacamnya?”
Kayla tidak membalas karena sudah sampai di depan studio. Dia melihat sebuah buket bunga yang sama persis dengan foto yang dikirimkan Bella. Saat ini, buket itu sedang dipegang oleh pegawai toko
bunga….