Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 122



Bab 122 Melakukan Hubungan Suami Istri 

Theo menundukkan kepalanya hingga wajah tampannya mendekati Kayla. Hidungnya mancung, baik dari bentuk maupun warna, bibirnya tampak sangat sempurna, 

Menghadapi situasi seperti ini, jantung Kayla tiba–tiba berdetak kencang. Dia meletakkan tangannya di dada Theo sambil bertanya, “Apa yang kamu lakukan?” 

Mengejutkan sekali! 

Karena keduanya sangat dekat. Theo merendahkan suaranya ketika berbicara. Ekspresinya sedingin biasanya, tetapi kalau didengarkan dengan cermat, terdengar senyuman tipis di suaranya. Namun, hal itu tidak dapat menutupi aura dinginnya. “Karena nggak ada harapan dengan Davin, kamu beralih ke 

Nathan?” 

Napasnya mendarat ke bibir Kayla. Kayla mendongak untuk menjauhkan diri darinya, tetapi bagian kepalanya sudah menempel di pintu sehingga membuatnya tidak bisa menghindar. 

“Bukannya kamu ingin diobati? Pergilah berbaring ke sana.” 

Dia menunjuk ke arah sofa, lalu mendorong Theo yang hampir menempel ke tubuhnya

Posisi ini terlalu berbahaya dan mudah memicu kecelakaan. Meskipun Theo pandai mengendalikan diri dalam hal seperti ini dan tidak pernah berhubungan dekat dengan wanita mana pun selama Raline berada di luar negeri, bisa saja terjadi perubahan. 

Theo tersenyum tipis, lalu menempelkan bibirnya ke bibir Kayla. “Aku sedang bertanya padamu.” 

Meskipun tidak mendalami, aksi Theo membuat Kayla gempar. Terutama ketika dia berbicara, bibirnya 

mengenai bibir Kayla. 

Pada saat ini, akal sehatnya seolah–olah menegang, seperti tali yang berusaha untuk melepaskan diri. Terdengar suara “buk“. Dia bahkan tidak peduli apakah perlawanannya akan membuat Theo marah, dia 

mengerahkan tangan dan kakinya untuk melepaskan diri dari pelukan Theo. 

Dia tidak menjawab. Bibirnya terkatup rapat agar Theo tidak memiliki kesempatan untuk beraksi. 

Theo menunduk. Bahkan dari jarak sedekat ini pun, dia dapat melihat penolakan dan kepanikan di mata 

Kayla dengan jelas. 

Kayla benar–benar tidak ingin disentuh olehnya. 

Mata Kayla dipenuhi dengan amarah dan tekanan. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah, pipinya yang merona dan kulitnya yang halussetiap aspek ini membuat Theo ingin menciumnya. 

Tanpa ragu–ragu, Theo mengabaikan semua perlawanannya. 

Dengan kemampuan Theo, dia bisa menaklukkan Kayla dengan satu tangan. Apalagi dengan 

kesenjangan kekuatan fisik antara pria dan wanita, Kayla tidak akan bisa melarikan diri. 

Sekarang, Kayla pun merasakan reaksi Theo 

Dia membelalakkan matanya dengan kaget, lalu terlihat cahaya sinis di mata Theo. Memang benar, pikiran dan tubuh pria terpisah. 

Sebagai pelaku, Theo sama sekali tidak merasa canggung karena ketahuan. Ketika bertatapan dengan 

Kayla, dia bahkan berkata dengan suara serak, “Jangan bergerak.” 

Kayla menggertakkan giginya. “Kalau kamu berada di posisiku, apakah kamu akan setuju kalau disuruh jangan bergerak?” 

Theo mengerutkan bibirnya sambil tersenyum nakal. “Boleh dicoba.” 

Ya, tidak ada gunanya berkomunikasi dengan binatang. 

Di tengah suasana canggung ini, terdengar suara ketukan pintu. “Kayla, apa kamu berada di dalam?” 

Davin datang…. 

Cahaya kegembiraan muncul di mata Kayla. Saat ini, tidak peduli siapa pun yang datang, sekalipun orang itu adalah orang asing, dia akan sangat gembira. 

Dia memandang Theo sambil berkata dengan pelan, “Lepaskan.” 

Theo menatapnya dengan dingin dan sama sekali tidak bergerak. 

Keduanya tidak berbicara, tetapi dapat memahami maksud satu sama lain. 

Keadaan ini seolah–olah sudah berlangsung lama, tetapi hanya beberapa detik. Davin mengetuk pintu lagi, ketukan kali ini terdengar agak mendesak dari sebelumnya. “Kayla?” 

Theo berkata, “Suruh dia pergi.” 

Suaranya sangat rendah. Meskipun mereka dan Davin hanya dibatasi oleh pintu, Davin’sama sekali tidak mendengar suaranya. 

Kayla menolak dengan tegas. “Nggak mungkin.” 

Kalau Davin pergi, entah apa yang akan dilakukan Theo. Setelah kejadian tadi, dia tidak berani meremehkan Theo lagi. 

Mendengar penolakannya, wajah Theo perlahan–lahan diselimuti aura suram. Theo menggenggam tangan Kayla dan menempelkannya ke belakang pintu. Bibir tipisnya menyentuh tulang telinganya. ” Davin, Nathan, berapa banyak lagi pria yang ingin kamu goda?” 

Pada saat ini, Kayla pun sadar bahwa sikap pria yang dipengaruhi oleh hawa nafsu dan pria yang benar- benar menginginkan seorang wanita jauh berbeda. 

Theo menciumnya. 

Ini bukan ciuman kasar yang seolah–olah ingin menghabisinya, melainkan ciuman lembut yang 

bertahan lama dan menyiksa. Theo menggigit daun telinga, leher dan perlahan–lahan mengecup garis wajahnya. 

Kayla tidak bisa menahan diri lagi. Dalam sekejap, akal sehatnya lenyap. Dia berteriak. “Theo, apa kamu gila?” 

Sekeras apa pun dia menendang. Theo yang berada di hadapannya sama sekali tidak terpengaruh dan bahkan tidak menunjukkan rasa sakit. 

Dia menggedor pintu di belakangnya dengan kuat dan mencoba menjerit agar didengar oleh Davin yang berada di luar. Dia bahkan tidak peduli apakah tindakannya akan membuat Theo makin marah. “Davin, Davin….” 

Theo tersenyum dingin. Tangannya yang sedang merangkul pinggang Kayla pun turun ke bawah dan masuk ke dalam pakaian Kayla. Setelah itu, dia mengelus punggung Kayla yang lembut sambil bertanya. “Kay, kamu panggil siapa?” 

Otak Kayla berdengung. Dia tidak bisa mendengar apa yang Theo katakan dengan jelas atau mungkin dia dapat mendengar Theo, tetapi ingin mengabaikan Theo. 

Dia hanya tahu bahwa dirinya harus menghentikan Theo dan sekarang mungkin hanya Davin yang bisa menghentikan Theo. Jadi, dia harus meneriakkan nama Davin dengan keras. 

Pinggangnya hampir patah karena diremas oleh Theo, tetapi karena ketakutan, dia sama sekali tidak merasa sakit. 

“Kayla.” Theo memegang dagunya dan matanya diselimuti dengan kabut hitam. Suaranya yang serak seolah–olah keluar dari tenggorokannya secara paksa. “Kamu begitu menyukainya? Sayang sekali dia nggak menginginkanmu. Sekalipun kamu memohon padanya, dia juga akan menolak.” 

“Davin adalah orang yang tahu batas. Apa menurutmu dia akan begitu nggak tahu diri hingga 

mencampuri urusan suami istri kita?” 

Menghadapi tatapan sinis Theo, Kayla pun menjawab dalam hati, ‘Nggak.” 

Karena setelah dia memanggil nama Theo, Davin langsung berhenti mengetuk pintu. 

Di dunia mereka, selain napas mereka yang berat dan suara pertengkaran mereka, tidak terdengar suara lain. 

Kayla tidak menjawab. Dia memelototi Theo dengan galak, seperti anak serigala yang putus asa

Di tengah keheningan, terdengar suara pencocokan sidik jari. Detik berikutnya, pintu berhasil dibuka dan Davin masuk…. 

Kayla ditekan ke pintu oleh Theo, tetapi Davin tetap mencoba untuk masuk. Bisa dilihat betapa besarnya tenaga yang dia kerahkan. 

Melihat pemandangan ini, dia pun mengerutkan keningnya. Meskipun suaranya lembut, sikapnya sangat tegas. “Theo, kamu menakutinya.” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.