Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 114



Bab 114 Dia Berjanji pada Pria Laln 

Nathan Llanto mengira dirinya salah mengenali orang. Tadi dia hanya melihat sekilas ketika Kayla masuk dan tidak yakin bahwa orang itu adalah Kayla. 

Sekarang, dia yakin bahwa dirinya tidak salah mengenall orang. “Pantas saja kurasa mirip, ternyata memang kamu.” 

Dia duduk di samping Kayla, lalu merentangkan kakinya dan duduk dengan gagah. “Apa kamu sudah melihat katalognya? Apa ada yang kamu suka? Blar kuhadiahkan padamu.” 

Di atas setiap kursi, terdapat suatu katalog yang berisikan gambar barang–barang yang akan dilelang 

hari ini. 

Saat Kayla hendak menjawab, Theo berkata dengan nada dingin, “Sepertinya tempat duduk Pak Nathan. nggak berada di sini.” Kata–katanya sangat kasar

Saat ini, Nathan pun menyadari keberadaan Theo. Dia mengangkat alisnya sambil bertanya, “Kayla, ini 

siapa?” 

Kedua pria itu saling bertatapan. 

Yang satunya nakal dan berani, sedangkan yang lainnya dingin dan sombong

Mata Theo diselimuti dengan suatu cahaya. Dia mengulurkan tangannya untuk merangkul bahu Kayla dengan posesif. “Aku suaminya.” 

“Suami? Kamu sudah menikah?” Ketika Kayla diwawancarai oleh wartawan, Nathan tidak berada di luar. Melihat lengan Theo yang melingkar di bahu Kayla, ekspresinya pun menjadi muram. Dia langsung meraih lengan Kayla sambil berkata dengan suara berat, “Kapan kamu menikah? Kamu sudah janji mau 

menikah denganku.” 

Nathan adalah teman sekelas Kayla. Sejak kecil dia suka bertindak semena–mena. Kemudian, ayahnya memaksanya untuk masuk kemiliteran. Setelah menjadi tentara, dia menjadi makin mendominasi. 

Karena pengaruh emosi, dia seperti sedang berteriak. 

Kayla dikejutkan oleh kata–katanya. “Apa?” 

Kapan Kayla berjanji akan menikah dengannya? 

Mereka sekelas saat SMP dan kuliah di kampus yang sama. Nathan adalah tipe orang yang lugas, setial dan protektif. Saat itu, hubungan Kayla dan Viola sedang berada di puncak permusuhan, mereka bertengkar setiap hari dan tidak ada yang mau mengalah. Awalnya, dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Nathan, kemudian untuk meningkatkan nilai kelas, wali kelas mengadakan program bimbingan dan kebetulan dia ditugaskan untuk membimbing Nathan

Wali kelas memintanya untuk meningkatkan nilai Nathan sebanyak lima puluh poin dalam waktu dua 

+15 BONUS 

bulan. 

Pada dasarnya, kutu buku dan pemalas tidak cocok. Awalnya mereka sering bertengkar. Meskipun Nathan sangat nakal, dia tidak pernah memukul wanita. Jika dibandingkan, Kayla lebih brutal dan tidak tahu batasan, Setiap Nathan menolak untuk belajar, dia akan langsung memukul Nathan dengan kuat. 

Seiring berjalannya waktu, mereka pun… bersahabat. 

Nathan memiliki rahang yang tajam sehingga karakternya tampak sangat kuat. “Malam sebelum aku bergabung menjadi tentara.” 

Kayla berusaha keras untuk mengingat kejadian saat itu, tetapi karena sudah terlalu lama dan Nathan mengobrol dengannya dalam keadaan mabuk, dia tidak bisa mengingat apa yang mereka bicarakan. 

Theo meraih tangan Nathan yang sedang memegang tangan Kayla sambil berkata, “Pak Nathan, jaga 

sikapmu.” 

“Nggak apa–apa, menikah juga bisa berceral.” 

Keduanya berbicara pada saat yang bersamaan… 

Tenaga di tangan Theo menjadi lebih kuat, berbeda dengan saat dia memegang tangan Kayla. Saat ini, 

tangannya yang menyentuh pergelangan tangan Nathan sama sekali tidak dikontrol. Sendi jari–jarinya memutih karena dikepalkan, mereka saling bertatapan dengan galak. Seluruh amarah pun muncul dari 

tenggorokannya. “Begitu terburu–buru ingin menjadi selingkuhan, kamu sungguh mempermalukan 

leluhur keluargamu.” 

Nathan bertingkah seperti sedang menghadapi saingan. “Nggak apa–apa. Aku antre dulu, aku akan mengejarmu setelah kalian bercerai. Kulihat hubungan kalian nggak terlalu baik, pasti akan segera 

bercerai.” 

Tatapan ganas Theo tertuju pada wajah Nathan. Mereka diam–diam menggunakan tenaga tangan mereka untuk menyerang sátu sama lain, tetapi pemenang tidak dapat ditentukan dalam waktu singkat.” Nggak akan ada kesempatan seperti itu.” 

Saat Nathan hendak mengatakan sesuatu lagi, juru lelang yang mengenakan kebaya sudah berjalan ke atas panggung. Artinya, acara akan segera dimulai. Evi yang sedang mengobrol pun kembali ke tempat duduknya. Nathan terpaksa menyimpan kata–katanya dan bangkit. Dia menunjukkan postur bertelepon ke arah Kayla sambil berkata, “Nanti kita lanjut ngobrolnya.” 

Semua orang sudah duduk di tempat masing–masing. Juru lelang pun mengucapkan beberapa kata sambutan. Karena status Kayla sebagai Nyonya Oliver baru saja terungkap, sebagian besar perhatian orang tertuju padanya. Mereka ingin melihat wanita seperti apa yang bisa memenangkan hati pria dingin seperti Theo. 

Selain memiliki tubuh yang gagah, tinggi badan Nathan juga mencapai 189 cm. Momen dia berdiri di samping Kayla sangat menarik perhatian. 

Aseta idak menoleh ke belakana, Kayla dapat merasakan ada banyak orang yang menatapnya. 

ARVINAY situasi ini, dia terpaksa mengangguk. 

Selah Nathan pergi Theo mengalihkan pandangannya ke podium. Staf sedang memperkenalkan pok pertama. Dia berkata dengan nada dingin, “Nyonya Oliver sungguh pandai mempermainkan perasaan pria bahkan berjanji padanya,” 

Aku dan Nathan hanya berteman, jangan asal ngomong.” 

Theo tersenyum sinis, “Teman? Sahabat pria?” 

Kayla 

tinya. “Sekalipun begitu, kamu nggak berhak mengurusi hidupku.” 

“Kamu itu istriku, kalau aku nggak berhak, siapa yang berhak? Kamu ingin diurusi oleh siapa?” 

Selama aku senang, aku bersedia diurusi oleh siapa pun, kecuali kamu.* 

Theo mengalihkan pandangannya dari perhiasan yang dipajang di podium, lalu menundukkan kepalanya 

sambil bersandar ke telinga Kayla. “Jangan menantangku, kecuali kamu ingin menunjukkan pada orang 

betava harmonisnya hubungan kita, 

Kayla terdiam. 

Dia hampir lupa kalau Theo adalah pria yang tidak tahu malu! 

Kayla menoleh ke belakang untuk mencari Raline. Dia tidak tahu apakah Raline berhasil masuk tanpa 

undangan Theo. 

Jumlah orang di tempat tidak banyak. Kayla melirik setiap sudut dan akhirnya dia melihat Raline di tepi baris terakhir. Saat dia melihat ke arah itu, Raline pun menatapnya. 

Kayla mengangkat alisnya untuk memprovokasi Raline. Dalam sekejap, ekspresi Raline langsung berubah muram. 

Cih! 

Berdasarkan karakter Raline, dia pasti akan langsung pergi setelah dipermalukan. Namun, dia bukan hanya tidak pergi, tetapi juga memasuki area pelelangan dan memegang sebuah papan nomor. Sepertinya dia datang untuk memenangkan sesuatu. 

Jumlah barang yang ada di katalog perlahan–lahan berkurang. Saat sebuah gelang giok dipamerkan, Raline mengangkat papan nomor di tangannya. 

Kualitas gelang itu bagus, bening dan jernih. Namun, harga yang ditawarkan cukup tinggi, bahkan nilai minimum penawaran pun mencapai satu miliar. 

Dalam sekejap, harga melonjak dari 2,4 miliar menjadi 16,4 miliar. Kayla pun memiringkan kepalanya untuk melihat ekspresi tegang Raline. 

+15 BONUS 

“16,4 miliar satu kali, apakah masih ada yang ingin menaikkan harga? 16,4 miliar dua kali….” 

Raline perlahan–lahan tersenyum dan ekspresinya pun menjadi lebih lega. 

Kayla mengangkat papan nomor di tangannya

“17,4 miliar. Suara juru lelang sangat berintonasi hingga suasana menjadi sangat mencekam. 

Theo menoleh ke arahnya. “Kamu suka?” 

“Ya.” Kayla memegang dagunya sambil menggoyangkan papan nomor di tangannya. 

Raline mengangkat papan nomor lagi. Kali ini dia langsung menambahkan dua miliar, sepertinya dia sangat ingin menang. 

Theo berkata dengan tenang. “Nggak cocok untukmu.” 

Meskipun kualitasnya bagus, warnanya terlalu kuno dan tidak cocok untuk gadis seusia Kayla. 

Kayla memiringkan kepalanya sambil mengedipkan matanya pada Theo. Dia terlihat usil, tetapi kata- kata yang dia ucapkan sangat serius. “Pokoknya aku menginginkannya.” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.