Chapter Bab 113
Bab 113 Pernikahannya Terungkap
Kayla yang berbaik hati ingin menyatukan mereka pun tercengang.
Dia membelalakkan matanya sambil menatap Evi yang berbohong dengan ekspresi datar, Sekarang, dia
sungguh kebingungan.
Kapan dia muntah?
Jika dibandingkan dengan Raline yang tampak lemah dan sulit bernapas, dia sangat energik, bahkan terlihat seperti seekor sapi yang kuat. Bagaimana mungkin sakit?
Namun, sebelum Kayla tersadar dari keterkejutannya, para wartawan sudah mengarahkan kamera ke wajahnya. Beberapa dari mereka sudah mendengar Informasi ini, tetapi mereka tidak mengetahui kebenaran informasi ini karena Theo dan Kayla tidak pernah muncul bersama, apalagi memublikasikan
hubungan secara resmi.
Sekarang, Evi sendiri yang mengakui hubungan mereka, bagaimana mungkin salah?
“Nyonya Oliver, apakah Anda tahu Nona Raline datang dengan kartu undangan suami Anda?”
“Apakah Nona Raline tahu Anda dan Pak Theo sudah menikah?”
Karena tidak bisa memperoleh jawaban dari Theo, sebagian besar wartawan beralih ke Kayla. Mempermalukan selingkuhan di depan umum akan menjadi topik hangat.
Apalagi selingkuhan itu adalah figur publik.
Besok akan ada berita utama.
Orang yang mengerumuni Kayla sangat padat dan ramai sehingga mikrofon sudah beberapa kali mengenai wajah Kayla.
Theo mengerutkan keningnya dan hendak menghampiri Kayla. Ketika melewati Raline, Raline buru–buru mengadangnya. “Aku tahu kamu yang menyebarkan fotomu dan Kayla pergi dari hotel.
Berita itu cukup menggemparkan, bahkan dia yang berada di luar negeri pun tahu atau mungkin karena dia terus memperhatikan Theo.
Saat itu, dia merasa aneh karena ada wartawan yang berani menyebarkan skandal Theo.
Alasan mengapa Raline menganggap berita itu sebagai skandal karena dia tidak bersedia percaya bahwa Theo akan langsung meniduri wanita lain setelah dia pergi.
Namun, seiring berjalannya waktu, topik ini menjadi makin hangat. Dia tidak bisa menipu diri sendiri lagi.
Theo menyipitkan matanya dan cahaya dingin pun melintas di matanya. Namun, suaranya tidak berubah, hanya menjadi lebih pelan, “Raline, kamu mengancamku?”
144
+15 BONUS
Raline….
Panggilan yang tidak pernah berubah ini membuat Raline merasa konyol.
Karena dia tahu panggilan yang terdengar akrab ini bukan karena Theo masih memiliki perasaan padanya, melainkan karena Theo malas mengubah kebiasaan.
Menurut Theo, panggilan apa pun tidak ada bedanya, hanya suatu sebutan.
Karena tidak ada bedanya, untuk apa repot–repot mengganti nama panggilan?
“Theo, aku itu figur publik. Setengah bulan lagi, kami akan mengadakan tur di Kota Bapura.”
Jadi,
dia tidak boleh terlibat skandal.
Perlu diakui bahwa Raline sudah memiliki kemajuan setelah dibimbing oleh guru yang dipekerjakan Karin. Dia tahu bagaimana caranya mengontrol diri.
Kalau dia mempertahankan sikapnya yang sombong dan enggan untuk mengalah, dia akan rugi besar.
Melihat mereka sedang berdiri berhadapan sambil “saling menggoda“, Evi hampir pingsan karena marah. Evi berusaha sekuat tenaga untuk membantu Theo mengejar kembali istrinya, tetapi dia malah melindungi selingkuhannya secara terang–terangan.
Theo yang merasakan tatapan Evi pun mengalihkan pandangannya dari Raline. Dia berjalan melewati Raline tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Kayla memegang mikrofon yang paling dekat dengannya. Dia terpaksa melakukan ini karena mikrofon
itu sudah mengenai mulutnya. Kalau dia tidak angkat bicara, orang–orang di belakangnya pasti akan
makin merapat dan langsung memasukkan mikrofon ke dalam mulutnya.
Dia menjawab pertanyaan wartawan sambil tersenyum, “Maaf, soal hubungan Pak Theo dan Nona
Raline, mereka berada di tempat, kalian boleh menanyakan secara langsung.”
Theo menerobos masuk ke kumpulan wartawan dan berjalan menghampiri Kayla.
Kerumunan otomatis menyingkir agar dia bisa lewat.
Terdengar suara lantang Kayla dari mikrofon. “Soal aku dan Pak Theo… kami sedang dalam proses
perceraian. Setelah mendapatkan akta cerai, kami akan langsung mengabari kalian.”
“Maaf,” kata Theo. Setelah menerobos kerumunan, dia menggenggam tangan Kayla dan menarik Kayla
ke dalam pelukannya. “Akhir–akhir ini emosi istriku nggak stabil, dia suka bercanda.”
Seorang wartawan wanita bercanda, “Kalau begitu dia pasti sedang hamil. Perubahan emosi ibu hamil
sangat drastis, Pak Theo mungkin akan kelelahan.”
Ekspresi Theo tampak membaik. “Terima kasih atas doa Anda.”
Wartawan yang datang ke acara seperti ini bukanlah pendatang baru. Mereka sudah sering
+15 BONUS
mewawancarai Theo sebelumnya, tetapi Theo tidak pernah memberikan tanggapan sebanyak ini, apalagi mengucapkan kata–kata sopan. Mereka makin yakin bahwa hubungan Theo dan Kayla sangat
erat.
Kayla menoleh ke arah Theo sambil berbisik, “Orang yang berbohong akan disambar petir agar nggak
berani mengulangi perbuatan mereka lagi.”
Theo menundukkan kepalanya sambil berbisik. “Apa kamu mengisyaratkanku untuk menghamilimu?”
Beberapa orang yang masih tidak percaya mencoba untuk menggali Informasi. “Lalu, apa hubungan Pak
Theo dengan Nona Raline? Tadi dia datang dengan kartu undangan Anda.”
Mendengar pertanyaan ini, perhatian mereka pun tertuju pada Theo dan Raline lagi.
Theo menjawab dengan tenang, “Aku dan Nona Raline sudah lama berteman. Kartu undangan hanya sekadar membantu teman saja, maaf karena nggak mempertimbangkan dengan cermat hingga membuat kalian salah paham dan menimbulkan masalah bagi Nona Raline juga.”
Kayla tidak membongkar kebenarannya, siapa pun yang punya akal tidak akan memercayai ucapan ini.
Apakah sulit bagi Theo untuk meminta kartu undangan lain dari penyelenggara?
Jangankan wartawan yang sudah lama terjun ke masyarakat, siapa pun memahami maksud dari memberikan kartu undangan yang bertuliskan nama sendiri untuk orang lain.
Setelah membebaskan diri dari wartawan, Evi menyuruh mereka masuk duluan dan pergi mengobrol dengan teman–temannya agar mereka bisa berduaan.
Kayla mengangkat dagunya sambil tersenyum nakal. “Apa kamu ingin memiliki keduanya?”
Selain menjaga reputasi Raline. Theo juga terus menunda perceraian.
Theo mengerutkan keningnya sambil menegur dengan suara berat, “Kayla Sandio, jangan asal ngomong.
Ketika Theo memanggil nama lengkapnya, Kayla pun tidak memelototi Theo. “Aku nggak akan
membiarkanmu berhasil.”
Setelah berkata demikian, Kayla berjalan meninggalkan Theo dan masuk ke aula lelang. Kayla datang bersama Evi dan tempat duduk mereka pun bersebelahan dengan Theo, yaitu di barisan pertama.
Begitu Kayla duduk, Theo pun tiba. “Sekarang kamu mewakili Keluarga Oliver, ada banyak wartawan di sini, jaga sikapmu.”
Meskipun Theo tidak tahu apa yang ingin Kayla lakukan, berdasarkan pemahamannya terhadap wanita itu, Kayla pasti akan membuat keributan.
“Kalau kamu berdiri dan mengumumkan kita sudah bercerai, apa pun yang kulakukan nggak akan merusak reputasi Keluarga Oliver.”
+15 BONUS
Theo tersenyum sinis sambil berkata dengan lantang, “Jangan harap.” c
Kayla memutar bola matanya. Ketika dia mengeluarkan penutup telinga dari tasnya untuk menutup telinganya, suatu bayangan tiba–tiba menyelimutinya.
“Kayla.”
Kayla mendengar suara laki–laki yang familier dari atas kepalanya. Ketika mendongak dan melihat wajah orang itu, sebuah senyuman tulus muncul di wajah sinisnya. “Nathan?”