Chapter Bab 112
Bab 112 Apakah Dia Hamil?
Orang–orang yang menghadiri acara pelelangan ini berasal dari kalangan yang sama, mereka sering bertemu di acara seperti ini. Mendengar ucapan ini, seseorang langsung menjawab, “Benarkah? Kamu tahu dari mana?”
Undangan perlu ditunjukkan di pintu masuk, Raline baru saja menaiki tangga.
Undangannya jatuh saat dia turun dari mobil. Sekilas aku melihat kata ‘Oliver‘,”
Marga “Oliver Jarang ditemul. Dalam sekejap, orang terhormat yang muncul di benaknya adalah Theo.
“Mereka berdua pernah masuk berita. Saat penari Itu Jatuh, Pak Theo yang membawanya pergi. Sekarang melihatnya datang ke pelelangan dengan kartu undangan Pak Theo, mungkin mereka akan segera menyebarkan kabar balk.”
Wanita yang sedang mengobrol dengan Evi mengetahui bahwa Theo sudah menikah. Dia berkata dengan kesal, “Orang–orang Ini asal ngomong saja. Ke mana perginya semua etika yang mereka pelajari sejak kecil?”
Evi tersenyum ramah, Namun, sebenarnya dia sudah mengumpat Theo habis–habisan di dalam hati. Bisa–bisanya Theo memberikan Raline kartu undangan di situasi seperti ini. Bagi orang yang tidak tahu, mereka akan menganggap Theo dan Raline sedang memublikasikan hubungan. Sedangkan bagi yang tahu, mereka akan menganggap Theo selingkuh!
Dia ingin langsung melabrak Raline, tapi dia tidak tahu apakah kartu undangan di tangan Raline benar- benar berasal dari Theo!
Kalau benar demikian, bukankah dia akan sangat malu? Apalagi ada banyak wartawan yang hadir di
acara ini!
Mengingat masalah ini akan membuat Kayla dikritik, dia pun
Sangat kesal!
Kenapa dia melahirkan anak yang begitu menyebalkan?
Hari ini Raline mengenakan gaun putih berleher rendah dengan punggung terbuka. Rambutnya dibiarkan terurai hingga menutupi separuh punggungnya yang terbuka. Karena dia sudah menarik sejak kecil, tubuhnya sangat langsing dan lentur, auranya juga sangat elegan. Dalam sekejap, para wanita dari keluarga kaya pun mulai memujinya.
Dia melihat sekeliling dan tiba–tiba bertemu dengan tatapan Evi. Setelah tertegun sejenak, dia pun berbalik dan berjalan menghampiri Evi. “Bibi.”
Kartu undangan di tangannya seperti sebuah kentang panas.
Evi mengenakan setelan yang elegan dan menyanggul rambutnya. Dia menatap Raline dengan tatapan
+15 BONUS
merendahkan. “Raline, apa kamu keberatan memblarkanku melihat kartu undanganmu?”
Meskipun suaranya tidak keras, orang–orang yang baru saja bergosip pun menajamkan telinga mereka dan terus melirik ke arah Evi.
Seperti kupu–kupu yang beterbangan!
Jari–jari Raline memucat. Dia menggigit bibirnya dengan kuat hingga meninggalkan bekas yang cukup dalam. Meskipun dia tahu Evi tidak menyukainya, dia tidak menyangka Evi akan mempermalukannya di depan umum. “Bibi, mari kita bicarakan hal ini secara pribadi. Jangan sampal dilihat orang luar.”
Meskipun Evi tidak melihat nama di kartu undangan dengan mata kepala sendiri, tanggapan Raline sudah menjelaskan segalanya.
Tatapan merendahkan di mata Evi makin terlihat jelas, seolah–olah Raline adalah sampah yang mengganggu. “Nona Raline mungkin nggak tahu menantuku juga datang hari ini. Jadi aku nggak akan membiarkan benda anakku muncul di tangan wanita lain, apalagi digunakan untuk menghina menantuku.”
Dia mengulurkan tangannya, “Kalau Nona Raline masih tahu malu, tolong serahkan kartu undangan itu dan pulang.”
Pertemuan pertama Raline dan Evi bukan karena diperkenalkan oleh Theo, melainkan Raline sendiri yang mencari kesempatan untuk bertemu dengan Evi dan mencoba untuk mendapatkan perhatian Evi.
Dulu, saat dia mencoba untuk menyanjung Evi, Evi hanya menjawab dengan tenang, “Aku tahu kamu adalah pacar anakku. Kamu nggak perlu bersusah payah untuk menyenangkanku karena aku nggak
setuju.”
Raline tidak mengerti mengapa Evi bisa menerima Kayla yang satu kampus dengannya, tetapi tidak bisa menerimanya. Apalagi mereka sama–sama adalah primadona dari jurusan masing–masing.
“Bibi, aku datang ke sini untuk membeli salah satu perhiasan. Nggak lama kok, aku juga nggak bermaksud menghina Kayla, apalagi mengatakan sesuatu yang merusak… reputasi Pak Theo.”
“Aku nggak peduli dengan tujuan Nona Raline. Selama kamu nggak menggunakan kartu undangan anakku, sekalipun kamu duduk di depan, aku juga nggak akan melirikmu.
Pada dasarnya, Evi tidak menyukainya. Bisa dibilang Evi sudah cukup menghargainya karena menghabiskan begitu banyak waktu untuk membujuknya.
Evi langsung merampas kartu undangan di tangan Raline, lalu merobeknya menjadi beberapa bagian dan melemparkannya ke nampan yang sedang dipegang oleh pelayan.
Raline marah hingga wajahnya memucat. “Bibi, kamu keterlaluan.”
Evi mengabaikannya, lalu berbalik melihat Kayla yang sedang berjalan menghampirinya. Dia langsung menyambut Kayla. “Kenapa lama sekali? Dingin, nggak?” tanya Evi sambil menggenggam tangan Kayla.
+15 BONUS
Sebenarnya Kayla sudah lama keluar, tetapi melihat Evi sedang berbicara dengan Raline, dia pun tidak
ikut camput.
Melihat Kayla memandang Raline, Evi menepuk tangannya untuk mengalihkan perhatian. “Nggak usah peduli dengan orang yang nggak penting. Coba telepon Theo dan tanyakan dia sudah sampai mana?”
Orang yang dibicarakan muncul.
Bentley hitam berhenti di depan pintu. Pintu dibuka, lalu Theo keluar dari dalam. Para wartawan pun langsung mengerumuninya dan pandangannya diselimuti oleh lampu sorot. “Pak Theo, apakah hari ini Anda datang bersama Nona Raline?”
Mereka sudah mendengar banyak gosip soal Theo dan Raline. Selain itu, tadi mereka juga mendengar rumor bahwa kartu undangan yang dipegang Raline adalah milik Theo.
Theo mengerutkan keningnya dan tidak menjawab.
Dia berjalan memasuki hotel. Karena tidak bisa menghentikannya, para wartawan pun ikut masuk ke
dalam.
Situasi menjadi sangat ramai.
“Permisi, apakah Anda dan Nona Raline adalah pasangan?”
“Nona Raline datang ke acara pelelangan hari ini dengan membawa kartu undangan Anda, apa itu artinya kalian akan segera mengumumkan kabar baik?”
Ekspresi Evi berubah muram. “Para wartawan ini sungguh menyebalkan. Apa pun nggak bisa, hanya pandai asal menjodohkan orang. Dari mana mereka lihat Theo dan wanita itu adalah pasangan?”
Kayla terdiam sejenak sebelum berkata, “Mungkin dengan sepasang mata mereka.”
Ada banyak wanita yang mempunyai niat tersembunyi pada Theo dan ingin menyebarkan skandal dengannya, tetapi selain Raline, semuanya sudah menyerah sebelum muncul di berita.
Kalau perlakuan seperti ini tidak cukup untuk menunjukkan perasaan Theo, Pria itu mungkin akan menua
dengan kesepian.
“Nggak boleh, kita nggak boleh membiarkan orang–orang ini asal menyebarkan berita.” Evi menarik Kayla menghampiri Theo. Evi tidak percaya bahwa Theo berani mengakui hubungannya dengan Raline di hadapan Kayla.
Kayla tidak menyangka Evi juga mengajak Theo datang. Kalau dia tahu, dia tidak akan datang.
Raline yang panik pun berseru, “Theo….”
Semua orang tahu bahwa Raline datang dengan kartu undangan Theo, kalau Theo mengakui hubungannya dengan Kayla, orang–orang pasti akan mengkritik Raline.
Mendengar suara Raline, Theo pun menoleh ke arahnya.
+15 BONUS
Tubuh Raline berguncang. Pada dasarnya, dia sudah kurus. Karena mengenakan pakaian tipis, dial
seperti akan pingsan.
Kayla juga menyadari hal ini, dia buru–buru menarik Evi. “Bu, aku nggak pergi, deh. Kami sudah mau
Sebelum dia selesai berbicara, Evi sudah berteriak, “Theo, istrimu nggak nyaman. Dia juga baru muntah,
apakah dia hamil?”