Chapter Bab 38
Bab 38 Kayla Menggigitnya
Theo mengerutkan keningnya. “Kamu salah sangka. Belakangan ini Perusahaan Oliver sedang membicarakan proyek besar, penanggung jawab perusahaan tersebut sangat mementingkan
keharmonisan keluarga. Kalau kita bercerai di saat seperti ini, aku akan kesulitan untuk bekerja sama dengan mereka.”
Meskipun Kayla menanyakan hal ini untuk memprovokasi Theo, hatinya berdebar kencang ketika mendengar jawaban yang begitu realistis.
“Pernikahan kita dilakukan secara diam–diam, hanya sedikit orang yang mengetahui hubungan kita.”
“Bukan berarti semua orang nggak tahu, ‘kan? Kalau terjadi sesuatu karena hal ini, aku akan rugi besar.”
Sembari berbicara, Theo sudah menggendongnya ke lantai dua. Dari sudut pandangnya, dia hanya bisa melihat garis rahang Theo yang tegas, sama seperti saat di hotel, kasar, sombong dan tidak dapat dilawan.
Sesampainya di kamar, pandangannya tertuju pada tata letak ruangan yang familier.
Bagi orang lain, tempat ini adalah vila mewah yang tidak dapat dimiliki sekalipun mempunyai uang. Namun, bagi Kayla, tempat ini adalah penjara yang menghabiskan masa mudanya selama tiga tahun. Setiap sudut ruangan dipenuhi dengan masa lalunya yang kesepian.
Makin dipikirkan, Kayla makin sedih. Akhirnya, dia pun kesal dan marah. Dia memalingkan wajahnya dan enggan untuk melihat ruangan ini. Tanpa sadar, dia pun membenamkan kepalanya di pelukan Theo.
Tindakan mesra ini membuat seluruh amarah Theo mereda. Dia pikir Kayla sudah mengalah.
Napas panas Kayla berembus di pakaian Theo hingga mengenai kulitnya. Tubuhnya tiba–tiba menegang dan dia pun berkata dengan suara serak, “Berhentilah membuat keributan, besok pindah kembali
Namun, sebelum dia selesai berbicara, Theo tiba–tiba merintih kesakitan dan otomatis berseru, “Kayla, apa kamu anjing? Bisa–bisanya menggigit orang!”
Kayla berhenti menggigit. Melihat bekas gigitan di leher Theo, dia pun menatap Theo dengan mata merah.
Dia berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Theo. Kali ini Theo tidak menghentikannya dan langsung menaruhnya di lantai, tetapi wajah Theo menjadi sangat muram. Cara Theo memandangnya seperti sedang memandang tunawisma yang tidak tahu diri!
“Theo, jangan semena–mena lagi. Kalau bukan karena Bella, malam ini aku nggak akan datang ke sini. Selain itu, kenapa kamu begitu suka memaksa wanita? Apa aku mengizinkanmu menggendongku?”
Theo terdiam.
Dulu, Kayla selalu mendambakan momen seperti ini. Sekarang. Theo bersedia memeluknya, tapi dia
malah… menolak? Tidak mengizinkan?
Theo yang kesal pun mengangkat tangannya untuk mengusap keningnya.
Meskipun emosi, Kayla tidak melupakan tujuan utamanya. Dia bertanya dengan jelas, “Apa kamu harus memenjarakan Bella hanya karena bekas tamparan yang hampir nggak terlihat di wajah Raline?”
“Dia harus menanggung akibat dari memukul orang.”
“Kamu….”
Kayla menggertakkan giginya. Dia mengingat kembali perkataan Theo, lalu membuat kesepakatan.
“Kamu menginginkan proyek itu, ‘kan? Mari bercerai setelah kamu mendapatkan proyek itu, tapi syaratnya kamu harus membebaskan Bella.”
Begitu kata–kata ini dilontarkan, suasana di kamar menjadi sangat hening.
Setelah terdiam selama beberapa detik, Theo mengerutkan keningnya. Pada akhirnya, dia pun menganggukkan kepalanya dengan tidak sudi.
Setelah “menegosiasikan” soal Bella, Kayla tidak ingin berada di tempat ini lagi, dia langsung berbalik pergi.
Setelah meninggalkan Vila Aeris, dia langsung pergi ke kantor polisi. Morgan masih berada di sana. Mereka melakukan prosedur pembebasan dan Bella pun berhasil dibebaskan.
Bella bertanya dengan cemas, “Apa Theo memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajukan permintaan yang nggak masuk akal?”
Kayla menggelengkan kepalanya. “Nggak.”
Theo tidak mengajukan apa–apa, dialah yang membuat kesepaktan dengan Theo dan Theo pun terpaksa
setuju.
Bella tidak percaya. Mengingat sikap keras Theo saat berada di kantor polisi tadi, bagaimana mungkin dia tiba–tiba mengalah? Kayla pasti menyetujui persyaratan darinya.
“Maaf… aku nggak mengendalikan emosiku hingga membuatmu kesulitan.”
“Nggak kesulitan, kok.” Kayla tersenyum cerah. “Kalau kamu nggak menyerang mereka, mungkin aku yang akan menyerang mereka. Jadi, kamu sudah mewakiliku memikul tanggung jawab ini.”
Pada saat ini, Bella tidak lanjut berkutik. Namun, dia bersumpah akan memberikan pelajaran pada
pasangan itu!
Setelah badai ini berlalu, Kayla melanjutkan kehidupannya seperti biasa. Pagi hari dia pergi bekerja ke Studio Yunox dan sepulang kerja dia lanjut memperbaiki lukisan kuno. Dia tidak pernah mendengar kabar soal Theo lagi.
+15 BONUS
Pagi–pagi sekali, tepat ketika Kayla baru saja tiba di studio, Hardy memanggilnya.
“Key, begini. Acara ini menghubungiku dan ingin membuat program yang berhubungan dengan keseharian kita. Bagaimana menurutmu?”
“Bagus. Dunia luar nggak terlalu memahami industri kita dan jumlah orang yang menekuni profesi ini juga terus berkurang. Kalau makin banyak orang yang mengetahui industri ini, kelak akan ada banyak
pendatang baru.”
Banyak orang yang tidak bisa bertahan dengan kerasnya industri ini. Setiap hari mereka berhadapan dengan tumpukan barang–barang kuno yang rusak dan jarang berbicara. Selain itu, profesi ini dapat menyebabkan beberapa penyakit karena duduk terlalu lama, terlalu sering menunduk, debu dan berbagai zat kimia lainnya.
Hardy juga berpikir demikian. Dia mengangguk. “Para orang tua nggak akan berpartisipasi. Di antara para generasi muda, keterampilanmu yang paling hebat. Jadi, aku ingin memintamu untuk menjadi bintang tamu di acara ini agar orang awam dapat menyaksikan kemampuanmu.”
“Aku?” Kayla tampak tertekan. Dia tidak ingin tampil di depan kamera bukan karena ingin
mempertahankan identitasnya yang misterius, tetapi karena dia belum bercerai dengan Theo. Kalau dia menjadi bintang tamu di acara tersebut, perceraiannya pasti akan terpengaruh.
“Jangan khawatir, aku tahu kamu kurang suka tampil di depan umum. Jadi, kamu nggak perlu melakukan persiapan khusus dan bisa meminta pihak acara untuk nggak merekam wajahmu. Lagi pula. yang diutamakan di profesi kita adalah keterampilan, bukan wajah, “kan?*
Kayla memahami maksud Hardy, tetapi ….
Hardy kembali tersenyum dan berkata, “Berpartisipasi dalam acara itu bukan hanya dapat meningkatkan reputasi studio, tetapi juga bisa meningkatkan reputasimu. Kalau kamu terkenal, kamu bisa menghasilkan lebih banyak uang. Bagaimanapun, orang hidup untuk menghasilkan uang, bukan?”
Kayla tercengang. Perkataan ini tidak seperti kata–kata yang akan diucapkan oleh seorang lelaki tua
seperti Hardy, tetapi ucapan ini menggoyahkan pikirannya.
Benar, kalau dia terkenal, dia akan mendapatkan lebih banyak pekerjaan sulit dan bisa menghasilkan banyak uang.
Sekarang reputasinya terbatas dan tidak banyak diketahui oleh orang luar.
Selain itu… dia masih punya utang 600 miliar.
Kayla termenung sejenak sebelum menjawab, “Kupertimbangkan dulu.”
Malam hari, di ruang VIP Vetro.
Theo mengerutkan keningnya dan terus mengusap alisnya.
Dia sedang duduk di sudut ruangan sambil memiringkan badannya. Selain itu, dua kancing kemejanya terbuka sehingga dadanya terlihat.
Malam ini Carlos mengadakan pesta dan menyuruhnya datang untuk minum–minum. Ada banyak orang yang datang dan semuanya adalah teman dekat. Oleh karena itu, Theo tidak terlalu membatasi diri, dia
minum cukup banyak.
Theo mengeluarkan ponselnya, lalu menyipitkan matanya untuk menelepon Dafa. Wajah tampannya terlihat sangat mabuk.
Setelah berbunyi beberapa kali, terdengar suara wanita dari ujung lain telepon. “Ada apa?”
Theo mengerutkan keningnya. Dia mengira dirinya sedang berhalusinasi, jelas–jelas dia menghubungi Dafa, kenapa malah Kayla yang menjawab telepon?
Mereka sudah tidak pernah bertemu sejak insiden Bella. Baik mengenai hal pribadi ataupun pekerjaan, mereka tidak pernah berinteraksi, apalagi sekarang Kayla bukan asisten pribadinya lagi.
Theo melirik ponselnya dan menyadari bahwa nama yang muncul adalah “Kayla“.
Dia salah menelepon.