Chapter Bab 31
Bab 31 Dia Mencakar Theo
Karena pengaruh alkohol, reaksi Kayla menjadi lebih lambat dari blasanya, Setelah mendengar Davin memanggil “Theo“, dia baru menoleh ke arah datangnya suara sinis itu,
Dia tidak tahu mengapa Theo kemball?
Namun, dia tahu apa yang akan dikatakan oleh Theo selanjutnya… dia tidak ingin Davin mengetahui hal
tersebut.
Kayla sontak berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Theo, Namun, karena dia terlalu buru–buru, dia yang agak mabuk pun merasa pusing. Dia terhuyung–huyung, lalu jatuh ke pelukan Theo ….
Theo tidak bergerak dan memblarkan wanita itu jatuh ke pelukannya. Ekspresinya tetap terlihat sangat
dingin.
Kaki Kayla menjadi lemas, dia otomatis memegang lengan Theo agar dapat berdiri kokoh.
Dia agak menyesal karena minum begitu banyak alkoholl
Dia menatap Theo sambil berbisik, “Jangan … Jangan katakan.”
Terdengar nada memohon dan tidak berdaya dalam suaranya.
Garis rahang Theo yang tegas tampak dingin dan menyeramkan. “Kenapa? Kamu takut dia tahu kamu pernah memblusnya? Merusak citra gadis polos dan cantik di hatinya?”
Kayla mengerutkan keningnya dengan kesal. Reaksinya membuat Theo merasa bahwa dugaan ini benar. Seketika, emosi Theo pun meluap.
Namun, Kayla yang mabuk sama sekali tidak menyadari perubahan emosi Theo. Dia berkata dengan kesal, “Bukannya kamu sudah pergi, kenapa kembali lagi?”
Theo tiba–tiba tersenyum sinis. “Maksudmu aku mengganggumu?”
Mendengar ucapan sinis ini, Kayla pun mengerutkan keningnya sambil berkata, “Terserah kamu mau
bilang apa.”
Setelah dia bisa berdiri kokoh, dia pun melepaskan tangan Theo dan berbalik untuk berpamitan pada Davin. “Aku pergi dulu. Tadi aku hanya bercanda …. Aku akan mentraktirmu di lain hari.”
Kalimat terakhir ini hanyalah basa–basi, tetapi ada yang kesal saat mendengarnya.
Davin mengangguk. “Hati–hati di jalan.”
“Sampai jumpa.” Kayla berbalik pergi dan mengabaikan Theo. Ketika dia melewati Theo, dia tanpa sadar mengerutkan alisnya. Langkahnya masih belum begitu stabil.
adalah kedua kalinya Theo melihatnya mabuk. Selain pipi dan bibirnya yang merah, matanya tampak
agak menawan.
Pertama kalinya adalah ketika …..
Theo memandang punggung Kayla yang berjalan menjauh. Dia mengatupkan bibirnya dan cahaya muram pun menyelimuti matanya.
Sesampainya di bawah, Kayla berdiri di pinggir jalan untuk memanggil taksi.
Saat ini adalah jam–jam macet. Kawasan ini merupakan kawasan elite yang jarang dilewati oleh taksi. apalagi taksi yang tidak berpenumpang.
Kavia tidak memedulikan citranya lagi. Dia duduk di sebuah batu yang terletak di pinggir jalan, lalu membuka aplikasi Grab di ponselnya.
Dia menyipitkan matanya sambil mencondongkan tubuh agar bisa melihat tampilan layar ponsel dengan jelas. Namun, ada yang mencengkeram lengannya dengan kuat hingga sekujur tubuhnya terangkat dari batu yang didudukinya.
Tanpa melihat pun, dia tahu siapa yang menariknya. Aura di tubuh Theo sangat kuat dan agresif.
Kayla yang kesakitan pun mengernyit sambil meronta. “Lepaskan aku….”
Sebelum dia selesai berbicara, Theo sudah memasukkannya ke dalam mobil secara paksa.
Data yang duduk di kursi pengemudi pun dikejutkan oleh guncangan di barisan belakang. Begitu berbalik, dia melihat Theo seperti sedang memasukkan anak ayam ke kandang. Saat ini, Theo sedang menekan Kayla di kursi belakang.
Kayla berusaha keras untuk melepaskan diri. Wanita yang sedang mabuk tidaklah lemah. Dia bertekad untuk melepaskan diri dari cengkeraman Theo. Tenaganya bahkan lebih kuat dari seekor lembu dan tidak dapat dibandingkan dengan biasanya.
Setidaknya Kayla tidak akan berani mencakar Theo saat sadarl
Kayla mencakar leher Theo dengan kuat. Kulitnya pun langsung memerah dan rasa sakit mulai terasa. Dia bahkan berpikir kalau bukan karena rambutnya terlalu pendek dan Kayla tidak bisa menjambaknya. Kayla pasti sudah menjambak rambutnya.
“Kayla….”
Theo menekan tangan Kayla yang melambai–lambal di kursi, lalu berjongkok di sampingnya. Dia menahan Kayla dengan kesal.
Sikap lembut yang disertai dengan kekerasan ini membuat orang gugup. Sebagai satu–satunya orang yang menyaksikan adegan ini, Dafa sangat ketakutan!
Dia takut Theo yang kesal akan membunuh Kayla di jalan raya.
+15 BONUS
Kayla menggertakkan bibirnya. Melihat wajah tampan di depannya, dia tiba–tiba merasa tidak berdaya.
Mereka akan segera bercerai, dia tidak ingin memperburuk keadaan. Memangnya apa yang bisa Theo lakukan padanya?
Setelah menyadari bahwa Kayla tidak lagi meronta. Theo pun melepaskannya dengan ekspresi dingin.
Kembali ke Vila Aeris.”
Dia menyentuh lehernya yang dicakar oleh Kayla dan terlihat sedikit darah di ujung jarinya.
Theo menempelkan ujung lidahnya ke pipinya, lalu terdengar suara “sst“.
Kayla yang sedang meringkuk pun berbalik ke arah pintu. Dia berkata dengan lemas, “Paman Dafa, turunkan aku di tempat yang mudah untuk memanggil taksi.”
Dia ingin pulang ke rumah kontrakannya, tetapi dia tidak ingin merepotkan Dafa.
Dafa tidak berani menjawab. Dia melirik Theo melalui kaca spion dan Theo hanya memampangkan wajah dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Namun, setelah bekerja untuk Theo selama bertahun–tahun, Dafa bisa memahami maksud Theo melalui
tatapannya.
Dafa bukan hanya tidak menjawab Kayla, tetapi juga meningkatkan kecepatan mobil dan melaju ke arah
Vila Aeris.
Kayla mengerutkan keningnya. Karena dia tidak familier dengan jalanan di sini, dia pun membuka navigasi di ponselnya.
Theo memiringkan kepalanya untuk melihat tampilan layar di ponsel Kayla. Setelah memandang tubuh. Kayla untuk beberapa saat, dia pun berkata dengan nada sinis, “Kamu takut aku melakukan sesuatu pada tubuhmu yang rata itu?”
Kayla pun menjawab, “Aku nggak mengkhawatirkan hal ini, lagian ketertarikan Pak Theo berbeda dari orang biasa.”
Meskipun ukurannya tidak mencapai 36D, dia memiliki tubuh yang proporsional. Intinya, dia langsing dan montok. Raline yang merupakan seorang penari memang memiliki tubuh yang menawan, tetapi ukuran dadanya tidak lebih besar dari ukuran Kayla.
Namun, terlihat jelas bahwa Theo tidak keberatan soal dada rata Raline, sebaliknya dia malah mengejek
Kayla.
Apakah ini perbedaan antara wanita pujaan dan wanita biasa?
Kayla malas berdebat dengannya. Dia langsung berkata pada Dafa, “Paman Dafa, tolong antar aku ke apartemen nomor tujuh.”
Dafa meliriknya melalui kaca spion dengan segan, lalu lanjut berkendara.
Navigasi di ponselnya pun memerintah, “Anda telah menyimpang dari jalur, kami sedang merencanakan ulang rute Anda ….”
Kayla mengerutkan keningnya sambil menahan emosi.
Setelah navigasi terus mengingatkan bahwa tidak ada rute alternatif lain, dia pun memberanikan diri untuk berkata, “Paman Dafa, berhenti di samping saja!”
Theo menatapnya dengan dingin. “Mau pergi mencari Davin?”
Kayla terdiam.
Kalau dia tidak ingin menumpangi mobil Theo, apa itu berarti dia ingin mencari Davin? Logika macam apa ini!
Meskipun dia tidak menjawab, Theo menatap Kayla yang kesal sambil tersenyum sinis. “Apa kamu tahu kenapa kamu bisa bertemu dengannya malam ini? Dia sedang kencan buta, saat ini….”
Dia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu. “Kamu mungkin harus pergi ke hotel pasangan untuk mencarinya.”
Kayla mendengus dingin. Terlihat jelas bahwa Theo ingin mencari masalah dengannya, dia pun mengangkat dagunya sambil berkata dengan nada menantang. “Kalau begitu tolong bantu aku selidiki
hotel pasangan mana yang dia datangi. Dengan fisik dan kemampuan Davin ….”
Dia mencondongkan tubuhnya ke telinga Theo, lalu mengatakan sesuatu yang biasanya tidak berani dia katakan. “Satu lawan dua pasti nggak masalah.”