Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 25



Bab 25 Mengganti Pria Setiap Minggu 

“Apa dia tertarik padamu? Sekalipun dia tertarik, dia nggak akan mengencanimu. Di Kota Bapura, mungkin nggak akan ada yang berani menyentuh wanita yang pernah kucampakkan.” 

Mendengar ucapan ini, emosi Kayla pun meluap. Dia berbalik untuk memelototi Theo sambil berkata, Kalau menurutmu alasan ini membuatmu kehilangan harga diri, aku akan menggantinya. Sang istri merasa mual dan jijik ketika melihatmu. Reaksi ini muncul secara naluriah, nggak bisa menjalani kehidupan suami istri yang normall” 

“Kayla….” Mata Theo tiba–tiba dipenuhi dengan amarah, dia menyebutkan nama Kayla sambil menggertakkan giginya. 

Kayla takut Theo yang sedang marah akan melakukan sesuatu yang keterlaluan lagi, jadi dia segera melembutkan sikapnya. “Apa pun alasannya, cepat atau lambat kita akan bercerai. Menurutmu, apa ada pasangan suami istri seperti kita?” 

Memikirkan tiga tahun kehidupan pernikahan yang sengsara, senyumannya yang selalu dibalas dengan sikap dingin Theo, makanan yang selalu dibuang ke tong sampah tanpa dilihat, kesedihannya pun meluap dan tidak dapat ditahan. 

Theo menatapnya dengan serius, tetapi matanya malah memerah, dia tampak seperti ayam jago yang kalah bertarung. 

Theo menelan seteguk air liur dan tiba–tiba merasa sangat tertekan. Dia memejamkan matanya, lalu berbaring sambil berkata, “Tidur.” 

Theo memeluknya sehingga wajahnya pun menempel di dada pria itu dan napasnya dipenuhi dengan aroma Theo. Sejak menikah, ini adalah pertama kalinya mereka tidur sambil berpelukan. Sebelumnya. mereka selalu tidur terpisah dengan jarak yang dapat ditempati oleh satu orang lagi. 

Theo baru saja mandi, tubuhnya yang dingin segera memanas. Suhu tubuhnya yang sangat panas membuat Kayla merasa seperti sedang memeluk botol air panas. 

Kayla merasa tidak nyaman tidur sambil dipeluk seperti ini. Dia meronta dan mencoba untuk membalikkan badannya. 

Theo malah mengerutkan keningnya sambil berkata dengan suara serak, “Jangan bergerak, tidur.” 

Kayla yang kepanasan hampir berkeringat. Dia tidak merasa ada yang aneh dengan nada bicara Theo.” Jangan peluk aku, nggak nyaman 

Dia otomatis mengangkat kakinya untuk mendorong Theo, tetapi lututnya tidak sengaja menyentuh sesuatu. Seketika, dia pun tertegun! 

“Kamu….” 

+15 BONUS 

Theo berkata dengan nada datar, “Nyonya Oliver, aku hanya nggak tertarik padamu, bukan nggak berfungsi. Kalau kamu bergerak lagi, aku akan menganggapmu sedang memancingku. Meski air terasa hambar, setidaknya bisa menghilangkan dahaga saat haus.” 

Kalau suatu hari Theo mati di hutan belantara, itu pasti karena mulutnya yang kejil 

Namun, mata Kayla malah tertuju pada bekas merah di lehernya. Warnanya sudah agak memudar, 

mungkin besok sudah tidak terlihat. 

“Carilah wanita yang membuat bekas di lehermu itu. Jangan membuatku jijik!” 

Begitu dia selesai berbicara, bibir Theo mendarat di lehernya. 

Bukan sekedar mencium, tetapi juga mengisap

Kayla kesakitan. Dia mengerutkan keningnya sambil mendorong Theo dengan kuat. “Theo, apa kamu gila?” 

Theo melepaskannya sambil berkata, “Sebelum bersamaku, kamu nggak pernah pacaran, ‘kan?” 

Kayla tidak memahami maksudnya. Dia hanya menggertakkan giginya sambil berkata, “Kalau aku tahu akan menikah denganmu, aku akan mengganti pria setiap minggu.” 

Dia menyentuh area yang dicium Theo. Dasar gila, ini pasti akan meninggalkan bekas. Sekarang musim kemarau, pakaian yang dikenakan berpotongan rendah, pasti tidak bisa ditutupi. 

Akan tetapi, Theo malah mendengus. “Belum pernah pacaran, jadi kuajari dulu. Ini baru bekas ciuman. Jangan berpikir kotor ketika melihat bekas merah di leher orang.” 

Kayla kaget, apa maksudnya? 

Jangan–jangan yang di leher Theo bukan bekas ciuman? 

Namun, baik itu benar atau tidak, Theo tidak seharusnya melakukan ini padanya. Mereka akan segera 

bercerai! 

Kayla membalikkan badan dan memunggungi Theo. Dia memejamkan matanya dengan kesal, lalu memaksakan diri untuk tidur. 

Theo memandangi sosok wanita yang membelakanginya. Perlu diakui bahwa kulit wanita ini sangat lembut dan elastis. 

Tubuhnya kembali memanas. Dia menekan hasrat yang datang secara tiba–tiba itu, lalu mengembuskan 

napas 

Keesokan harinya adalah akhir pekan. Theo dan Kayla pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil pemeriksaan fisik Evi. 

Melihat hasil pemeriksaan, dokter mengerutkan kening. 

Muncul firasat buruk di turti kayla, dis cesara baitanya, “Tuktai, xola ada yang kertasalati 

“Berdasarkan hasil pemeriksaan, ninetan mengiging penyakit parking nipertandi yang disatatkan olah tekanan darah tinggi yang berkatuendangan Mulamun yainyetjen dhe serong sinnum, zaharjanya karena da mengalami banyak kerusakan fick ketika mech muda cak ga kaubatan buketyre tieturas? 

Kayla memahami poln utama, yaitu penyak pertung 

“Apa bisa disembuhkan?” 

“Karena penyebab penyakit jantung hipertensi buli diatesi, niggak ada cara untuk disembuhkan. Hanya bisa dikontrol perkembangannya. Pasien harus lebih memperhatikan pola makan sehari–hari dan berolahraga dengan benar. Yang terpenting adalah emosi pasien harus tetap stabil, 

Intinya, penyakit ini merupakan penyakit kronis yang perlu dijaga. P 

Setelah keluar dari rumah sakit, Kayla mengembuskan napas panjang. Dia melihat jam dan berpikir alangkah baiknya kalau ini adalah hari Senin, mereka bisa pergi Dinas Kependudukan, 

“Kapan kita akan pergi berceral?” tanya Kayla dengan kesal 

“Sudah nggak sabar?” 

Apa ini bisa disebut sebagai tidak sabar? Bukankah seharusnya hal ini sudah lama selesa 

Kayla menggerakkan giginya untuk menahan amarahnya. Dia punya alasan untuk curiga bahwa si berengsek Theo ini sengaja mengulur waktu. “Aku khawatir Raline tidak bisa menunggu lagi. Dia sudah kembali dari luar negeri, kalau kamu nggak segera mengikatnya, mungkin dia akan lari lagi.” 

Theo meliriknya dengan dingin. “Hanya anjing yang perlu diikat.” 

Kayla berpikir dalam hati, ‘Bukannya kalian memang sepasang anjing?” 

Tentu saja, dia tidak berani mengucapkan kata–kata ini karena takut dipukuli. 

Tak lama kemudian, Paman Dafa menghentikan mobil di depan mereka. Theo menyuruh Kayla masuk ke dalam mobil, tetapi dia tidak bergerak. 

“Aku pulang naik taksi. Kayla mengerutkan keningnya sambil memberikan peringatan terakhir. “Satu minggu adalah toleransi terakhirku. Bagaimanapun, kita sudah menjadi suami istri selama tiga tahun. Kuharap kita bisa berpisah baik–baik, nggak perlu sampai masuk pengadilan dan diketahui oleh seisi 

kota.” 

“Kamu mengancamku?” Theo menyipitkan matanya dan alisnya seolah–olah dipenuhi dengan kabut es. Kalau aku nggak setuju untuk bercerai, apa kamu akan mencari pengacara untuk menggugatku?” 

Kayla tidak menjawab, artinya dia mengiakan pertanyaan Theo. 

Theo malah berkata sambil tersenyum sinis, “Masih ada banyak barang yang kamu tinggalkan di rumah. 

  • 15 BONUS 

bukankah karena kamu akan pulang kapan saja?” Theo yang agak kesal pun mengerutkan keningnya.” Permainan tarik ulur ini kalau dimainkan terlalu lama, sungguh membosankan.” 

Kayla otomatis memutar bola matanya. Kenapa sampal sekarang Theo masih berpikiran seperti ini

Dia berkata dengan sinis. “Theo, apa kamu nggak pernah mencuci muka sejak kecil?” 

Tidak tahu malu! 

“Benda–benda itu, aku nggak mau lagi. Kalau kamu mau membuangnya, silakan. Dibakar juga boleh.” 

Theo mendengus dingin, lalu berkata, “Kamu sudah mau menceralkanku, masih memerintahku? Bersihkan tumpukan sampahmu itu sebelum membicarakan soal bercerai. Blar kulihat betapa besar 

tekadmu.” 

“Kalau begitu, suruh Bibi Mirna yang buang.” 

Bibi Mirna adalah pembantu di Vila Aeris. Dia sangat ahli dalam menangani sampah. 

Theo berkata sambil tersenyum nakal, “Kayla, sejak menikah, kamu nggak pernah membayar sepeser pun biaya rumah tangga. Gaji semua pekerja berasal dari rekeningku, beraninya kamu menyuruh merekal bekerja untukmu?” 

“Kalau begitu, aku akan menyewa perusahaan pindah rumah untuk pergi mengambil barang.” 

“Aku nggak suka orang luar berkeliaran di rumahku.” 

Sudut mata Kayla berkedut. “Begini nggak boleh, begitu juga nggak boleh. Theo, sebenarnya kamu mau 

apa?” 

Theo tidak menjawab. Dia seperti dewa yang terhormat, caranya menatap Kayla seperti sedang menatap seorang idiot. 2: 

Kayla mengembuskan napas berat, lalu berkata dengan kasar, “Karena begitu ribet, kamu jangan tinggal di atas tanah lagi, tinggallah di bawah tanah. Hantu berjalan tanpa menyentuh tanah, nggak akan mengotori rumahmu.” 

Ekspresi Theo langsung berubah muram. “Sepertinya kamu sudah bosan hidup?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.