Chapter Bab 24
Bab 24 Menikah dengan Siapa?
Kayla ragu–ragu selama beberapa detik dan pada akhirnya dia pun berhenti melangkah.
Davin minum agak banyak, terlihat jelas dia sudah mabuk dan pakaiannya pun sedikit berantakan.
Suaranya agak serak, dia berkata dengan hati–hati, “Soal kejadian itu… aku minta maaf.”
Kayla tertegun sejenak, dia memahami maksud Davin.
Tentang rekaman dia melamar Davin
Saat itu, dia terlilit utang dan sedang mengumpulkan uang. Audio yang terekspos itu langsung mendorongnya ke jalan buntu!
Pada saat itu, kata–kata yang paling banyak orang–orang lontarkan padanya adalah….
Karena Nona Kayla begitu terbuka, kenapa tidak tidur dengan beberapa pria lagi. Apa mengumpulkan beberapa ratus miliar sangat sulit?
Meskipun tiga tahun sudah berlalu, Kayla masih mengingat kejadian itu dengan jelas. Dia tidak akan bisa melupakan hal itu.
“Dulu yang dibicarakan adalah pernikahan, tapi sebenarnya hanyalah kesepakatan di antara kita.” Ketika Kayla mengucapkan kalimat ini, ekspresinya sangat datar, tetapi bukan karena dia tidak peduli.
“Saat itu, kamu bisa saja menolak, bahkan mengatakan aku adalah orang yang nggak tahu diri. Kamu boleh menghinaku sesukamu, tapi kenapa kamu menyebarkannya di internet? Sekalipun kamu nggak menyukaiku, nggak seharusnya kamu melakukan hal seperti itu. Tindakanmu sungguh nggak mencerminkan dirimu sebagai seorang pria!”
Pada akhirnya, Kayla pun menjadi emosional.
Davin menunggunya menyelesaikan ucapannya, lalu tiba–tiba tertawa. “Apa kamu kira aku yang menyebarkan audio itu?”
Kayla tidak menjawab, tetapi itu berarti dia mengiakan.
Hanya ada mereka berdua di dalam rekaman itu dan Davin yang memilih tempat mengobrol, sebuah kedai teh dengan privasi tinggi.
Didengar dari kualitas audio yang jernih, dia tahu bahwa audio itu direkam dari dekat.
Tidak ada orang lain selain Davin.
Senyuman ramah di wajah Davin sedikit memudar. Dia terdiam sejenak, lalu mengucapkan dua kata dengan serius, “Bukan aku.”
Selain dua kata itu, tidak ada penjelasan lain lagi.
Tidak ada yang tahu apakah Kayla percaya.
Kayla menunduk untuk melihat jam tangan. Dia tidak ingin mengatakan apa–apa lagi, dia hanya ingin pergi dari sini. Akan tetapi, situasi di luar sangat ramai dan pesta belum berakhir.
Dia datang dengan mobil Theo. Hanya ada satu vila di Vila Gamma. Kalau dia pergi sekarang, dia tidak
akan menemukan taksi.
Teras vila ini cukup besar. Kayla memilih tempat yang tidak terlampau dekat dengan Davin, lalu
memainkan ponselnya.
Keheningan berlangsung untuk cukup lama. Pada akhirnya, Davin pun mencairkan suasana.*
Bagaimana kabarmu beberapa tahun ini?”
Kayla yang sedang memainkan ponsel pun tertegun. Dia tahu bahwa Davin sedang menanyakan pernikahannya dengan Theo, dia pun mengangkat sudut bibirnya sambil menjawab dengan santai, Nggak terlalu bagus. Seharusnya aku mendengarkan nasihatmu.”
Memang benar, sahabat lebih memahami satu sama lain.
Ketika berita pernikahan Kayla dan Theo tersebar, Davin pernah menasihatinya. “Kamu nggak cocok
dengan Theo. Dia sudah punya dambaan hati, pernikahan seperti ini nggak akan bahagia.”
Saat itu, Kayla sudah terpuruk dan tidak bisa menggunakan akal sehatnya. Baginya, Theo adalah penyelamatnya. Setelah dipikir–pikir, dia memang terlalu ceroboh….
“Huh, mendengarkannya?”
Suara dingin yang datang secara tiba–tiba ini membuat Kayla kaget.
Dia menoleh dan melihat Theo sedang berjalan masuk dari luar. Auranya yang berwibawa tidak bisa menutupi ekspresinya yang muram. “Mendengarkan nasihatnya, pergi meminjam uang dari rentenir dan dijual menjadi pelacur ke luar negeri?”
Melihat kedatangan Theo, Davin pun mengerutkan keningnya. Untuk pertama kalinya, dia merasakan aura permusuhan… dari sahabatnya?
“Theo, jangan berkata seperti itu, kamu salah paham.”
Theo meliriknya sambil bertanya dengan santal, “Ini pestamu, kamu nggak sibuk?”
Davin menyentuh hidungnya dengan canggung. Saat ini, dia memang tidak seharusnya ikut campur, jadi dia pergi dari teras bersama gelas di tangannya.
Kayla juga ingin pergi. Sekarang, siapa pun tahu Theo hanya ingin memarahi orang. Dia tidak mungkin
tinggal di sini untuk dicibir Theo.
Namun, ketika dia berjalan melalui Theo, Theo menggenggam lengannya sambil berkata dengan nada dingin, “Kayla, jangan lupa siapa yang membantumu membayar utang ketika kamu terpuruk. Saat itu,
+15 BONUS
Davin mungkin sedang menemani wanita lain!”
Kayla tidak ingin membahas topik lama ini, jadi dia memilih untuk diam. Sedangkan Theo sangat marah hingga langsung menarik pergelangan tangannya dan membawanya pergi dari Vila Gamma.
Begitu mobil sampai di jalan raya, Kayla langsung berkata, “Menepilah, aku naik taksi saja.”
Theo terus mengemudi dan mengabaikannya.
“Malam ini pulang ke rumah Ibu. Hari ini, Ibu terus membicarakanmu dan bertanya apakah aku
menindasmu lagi.”
“Apa hasil pemeriksaan sudah keluar? Mendengar Theo mengajaknya pulang untuk mengunjungi Evi, Kayla pun mengurungkan niatnya. Dia memang sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatan Evi.
Theo tidak banyak bicara. “Ada beberapa hasil pemeriksaan yang keluar besok.*
Ketika mereka tiba, hari sudah sangat larut. Namun, mendengar mereka akan pulang, Evi masih duduk di ruang tamu untuk menunggu mereka. Begitu melihat Kayla, dia langsung meraih tangan Kayla sambil berkata, “Apa kamu lapar? Bibi Warni sedang masak sarang buruk di dapur. Biar kubawakan untukmu.”
“Bu.” Kayla buru–buru menghentikannya. “Biar kuambil sendiri.”
Kayla khawatir Evi akan menyadari sesuatu, jadi dia mengisi satu mangkuk untuk Theo.
Melihat Kayla menyiapkan untuk Theo, Evi malah memutar bola matanya. “Ngapain kasih dia makan, menyia–nyiakan sarang burungku saja!”
Dia masih mengingat bekas merah di leher Theo yang entah dibuat oleh wanita mana….
Theo yang mendengarkan dari samping pun tertawa dan berkata, “Bu, kamu sungguh pilih kasih.”
“Aku nggak menghabisimu karena kamu adalah anakku!”
Evi bukanlah orang yang bisa begadang. Setelah melihat Kayla menyantap sarang burung, dia naik ke atas untuk tidur. Sebelum pergi, dia tidak lupa berkata, “Jangan biasakan dia, terkadang sapi besar itu harus dilawan dengan kekerasan.”
Evi tidak mengkhawatirkan wanita lain, tapi si Raline itu… sulit dihadapi. Dulu, dia sudah pernah melihat kebusukan hati Raline.
Mendengar Evi menghina putranya sendiri seperti ini, Kayla kebingungan, tetapi hatinya terasa hangat.
Ibunya meninggal lebih awal, sedangkan ayahnya… adalah seorang bajingan!
Sejak menikah dengan Theo, Evi memberinya kasih sayang yang tidak pernah dia rasakan.
Jika memungkinkan, dia ingin selalu memenuhi kewajibannya untuk berbakti pada Evi. Namun, setelah bercerai, mereka bukan keluarga lagi.
4th HOUS
Setelah kembali ke kamar, Kayla mandi duluan. Lalu, saat Theo pergi ke kamar mandi, dia mengambil selimut dari lemari dan melemparkan selimut itu ke sofa.
Pria itu keluar dalam keadaan basah kuyup. Melihat selimut di sola, dia pun mengangkat alisnya dan
naik ke atas kasur.
Kayla yang sedang berbaring di kasur mengerutkan keningnya sambil berkata, “Tidurlah di sofa.”
Mereka akan segera bercerai, tidak perlu tidur di ranjang yang sama lagi.
Namun, Theo malah menatapnya sambil tersenyum jahat, alisnya dipenuhi dengan aura sarkas. “Aku tidur sofa, lalu kamu akan menggunakan alasan nggak memuaskanmu untuk menceraikanku?”
Mendengar ucapan ini, Kayla pun membantah, “Bukan nggak memuaskanku. Kamu yang memiliki disfungsi seksual dan nggak bisa menjamin keharmonisan dasar suami istri. Kelak, aku akan menikah, aku melakukan ini agar suami masa depanku nggak salah paham.” 1
“Menikah?” Theo tersenyum sinis dan bertanya, “Menikah dengan siapa? Davin?” t