Chapter Bab 142
Bab 142 Sepertinya la Patah
Theo terus menatap Kayla sambil mengerutkan kening. Saat dia melontarkan kalimat itu, dia sudah menyesal. Dia lebih memilih untuk dimarahi atau dihina oleh Kayla daripada diabaikan seperti ini.
Setelah berpamitan pada Nathan, Kayla mengambil tasnya dan hendak pergi. Dia mengabaikan Theo.
Theo mengikutinya. “Maaf, aku nggak sengaja. Aku nggak bermaksud seperti itu.”
Mungkin karena dia jarang meminta maaf, saat ini sikapnya terlihat sangat canggung, berbeda dengan
Theo yang biasanya sombong.
Apa pun yang dia katakan, Kayla tidak menanggapinya.
Dia mengusap alisnya dengan tidak berdaya. “Kayla, kamu mau ribut sampai kapan?”
Menurutnya, diam dan mengabaikannya adalah mencari masalah dengannya. Selain itu, sikap ini tidak dapat menyelesaikan masalah.
Kayla tetap diam.
Kayla datang ke sini dengan mobil pengawal. Namun, sekarang dia sangat membenci semua orang dan benda yang berkaitan dengan Theo, jadi dia memutuskan untuk naik taksi.
Namun, sebelum dia melangkah, Theo sudah menghentikannya. “Mobil di sebelah sini.”
Kayla menghempaskan tangannya, lalu mengerutkan keningnya sambil berkata dengan kesal, “Aku mau
naik taksi.”
“Nggak aman.”
Di mata Kayla, berada di samping Theo adalah hal yang paling berbahaya.
Namun, sekarang dia tidak ingin bertengkar dengan Theo dan hanya ingin menyingkirkan Theo.
Kayla berjalan ke jalan raya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Theo menggertakkan giginya sambil melihat punggung wanita yang bergerak menjauh itu. Dia mencoba untuk menahan diri, tetapi gagal. Alhasil, dia pun berjalan beberapa langkah dan langsung mengangkat Kayla tanpa memedulikan penolakan Kayla.
Kayla dikejutkan oleh tindakan ini. Setelah tersadar, dia seperti anak kucing yang emosi. Dia mengayunkan kakinya sambil meronta dengan kuat. “Sial, lepaskan aku ….”
Dia menggunakan tangannya untuk mendorong dada Theo, bahkan mencakar leher Theo dengan kukunya yang panjang. Alhasil, muncul bekas merah di leher Theo. Ketika merasakan rasa sakit yang luar biasa, mata Theo pun dipenuhi dengan amarah, “Kayla, kalau kamu bergerak lagi, percaya nggak aku akan melemparmu.”
+15 BONUS
Kayla seperti generator yang baru dinyalakan. Theo hampir tidak bisa menahannya, kalau sampai Theo melepaskan tangan dan membiarkannya jatuh dari ketinggian ini, meskipun tidak patah tulang, dia akan menderita selama setengah bulan.
“Lepaskan aku….”
Kayla yang berada di pelukannya sama sekali tidak takut dengan ancamannya. Kayla meronta hebat lagi. Theo sedikit membungkukkan badannya untuk menstabilkan langkahnya, tetapi…..
“Buk….”
Dahi Kayla tidak sengaja membentur sesuatu yang keras.
Benturan ini sangat kuat hingga muncul suatu bayangan hitam di matanya. Pada dasarnya kepalanya
sudah pusing, apalagi setelah terbentur. Dia merasakan rasa sakit yang luar biasa.
“Ugh….”
Dia merintih kesakitan dan mengangkat tangannya untuk menyentuh dahinya yang sakit. Pada saat
yang sama, suatu cairan hangat pun menetes ke wajahnya.
“Tik tik… tik tik….”
Sebelum dia menyadari benda apa itu, terdengar Theo berseru dengan marah, “Kayla ….”
Kesadarannya kembali, dia mencium bau darah.
Kayla mendongak untuk melihat ke atas. Terlihat rahang tajam Theo yang tegang serta matanya yang dipenuhi dengan amarah. Dua cairan merah mengalir di bawah batang hidungnya yang tinggi, melintasi bibir dan dagunya hingga menetes ke bawah.
Ternyata yang dia bentur tadi… adalah pangkal hidung Theo. Benturan itu sangat kuat hingga membuat
Theo mimisan.
Kedua tangan Theo sedang digunakan untuk menggendong Kayla sehingga dia tidak bisa menghentikan pendarahan di hidungnya. Oleh karena itu, darah pun mengalir deras ke bawah.
Wajah Kayla berlumuran darah Theo.
Bau darah yang menyengat menyelimuti wajah Kayla. Dia memiringkan kepalanya agar tidak terkena darah Theo, lalu berkata dengan marah, “Sudah kubilang lepaskan aku.”
Dia mencoba untuk bergerak, tetapi kedua lengan Theo seperti penjepit besi yang sedang menahannya..
Theo tidak bermaksud untuk melepaskannya.
www
“Kamu cepat gunakan tanganmu untuk menghentikan mimisan. Kalau terus seperti ini, kamu akan
pingsan karena kehilangan banyak darah.”
Terdengar kecemasan di suaranya. Bukan karena dia tidak tega melihat Theo, tetapi mimisan Theo
+15 BONUS
sangat mengerikan, seperti keran air yang mengalir dan tidak menunjukkan tanda–tanda untuk berhenti. Kalau terus seperti ini, Theo mungkin akan meninggal karena kehabisan darah.
Ada banyak pejalan kaki yang melihat mereka, bahkan ada kamera pengawas di atas. Kalau Theo meninggal karena kejadian ini, dia akan menjadi seorang pembunuh.
Theo menurunkannya. “Kamu yang membuatku mimisan, bukankah seharusnya karu yang menghentikannya?”
Kayla sungguh mengaguminya. Dalam keadaan seperti ini, bisa–bisanya dia masih mempermasalahkan
hal ini, mungkin dia suka menyiksa diri sendiri. Dia terus menatap Kayla dan tidak berniat untuk menghentikan pendarahan di hidungnya.
Kayla mengeluarkan tisu dari tas, lalu menempelkan beberapa lembar ke hidung Theo dan menekannya
erat–erat.
Theo tiba–tiba berkata, “Sepertinya patah.”
Kayla sedang panik. Mendengar ucapan ini, dia langsung bertanya, “Apanya yang patah?”
“Batang hidung.”
Kayla tercengang.
Apa mungkin benturan itu mematahkan hidung Theo?
Meskipun berpikir demikian, dia tetap mengulurkan tangannya untuk menekan hidung Theo. Theo
mengerutkan keningnya sambil merintih kesakitan.
Kemampuan Theo dalam menahan rasa sakit agak tidak normal. Dia bahkan tidak berkedip saat terluka.
Sekarang dia merintih kesakitan hanya karena sentuhan Kayla, sepertinya … ada yang tidak beres!
Kayla segera menurunkan tangannya dan tidak asal menekan hidung Theo lagi. Dia takut tindakannya akan membengkokkan hidung Theo dan tidak dapat disembuhkan.
*Cepat suruh pengawal antar kamu ke rumah sakit.”
“Cerdik sekali kamu. Kamu yang menimbulkan masalah malah menyuruh orang lain membantumu membereskan masalah? Kamu yang menggaji mereka atau kamu menyediakan makanan dan minuman untuk mereka?”
Kayla tertegun.
Kemudian, Theo lanjut berkata, “Apa kamu nggak tahu betapa menariknya wajahku di mata para wanita?. Kalau batang hidungku bengkok karenamu dan nggak ada yang mau menerimaku di kemudian hari, kamu harus merawatku seumur hidup.”
Kayla menarik napas dalam–dalam, lalu berkata pada pengawal di samping. “Pergi kendarai mobil.”
Di sepanjang perjalanan, Kayla tidak berani melepaskan tangannya lagi karena takut Theo akan lanjut
+15 BONUS
mimisan.
Sesampainya di rumah sakit, pengawal pergi mengambil nomor antrean. Kayla memegang hidung Theo dan duduk di bangku unit gawat darurat sambil menunggu giliran mereka. Sembari menunggu, orang-
orang terus melihat mereka.
Setelah dihantam dengan kuat oleh Kayla dan ditekan di sepanjang perjalanan, saat ini hidungnya
terasa agak sakit. “Pelan–pelan, orang–orang melihatmu.”
Kayla yang tidak berdaya pun berpikir bahwa dia sangat sial. Setiap dia mencoba untuk memutuskan hubungan dengan pria ini, dia akan terjerat dengan berbagai kekacauan.
“Yang mereka lihat adalah pria yang nggak punya tangan sepertimu.”
Theo terdiam.
Pasien di unit gawat darurat tidak banyak, giliran mereka segera tiba. Setelah memeriksa Theo dengan peralatan medis, dokter mencubit batang hidung Theo. “Batang hidung baik–baik saja, pendarahan juga
sudah berhenti, hanya cedera karena benturan saja. Cobalah sebisa mungkin untuk nggak menyentuhnya selama dua hari ini. Aku akan meresepkan obat untukmu. Setelah pulang nanti, amati baik–baik. Kalau terjadi pendarahan lagi, pergilah ke dokter THT untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut.”
Kayla berkata, “Terima kasih, Dokter.”
Theo berkata, “Tapi hidungku masih sakit, sangat sakit. Kurasa aku harus dirawat di rumah sakit.”