Chapter Bab 136
Bab 136 Sisi Menakutkan Theo
Kayla tercengang. “Apa?”
Darius berkata, “Nyonya Kayla, sebaiknya Anda datang ke sini. Setelah berkata demikian, Darius langsung menutup telepon.
Mendengar nada sibuk dari sambungan telepon, Kayla pun mengerutkan kening.
Vila Aeris adalah wilayah Theo. Orang yang terjebak dalam masalah pasti bukan dia… melainkan orang
Lain.
Dia membuka pintu dan keluar. Beberapa pengawal yang terlihat santai otomatis menegakkan badan mereka dan sontak memandangnya.
Kayla berkata, “Aku ingin pergi ke Vila Aeris.”
Setengah jam kemudian, ketika memasuki vila, dia langsung dikejutkan oleh adegan berdarah di dalam
vila!
Dia tidak menyangka orang–orang yang tergeletak di lantai dan tidak berani menghirup napas adalah orang–orang yang mencoba untuk melecehkannya di tempat parkir tadi, bahkan ingin memotret foto bugilnya.
Salah satu dari mereka berlutut di lantai, lalu bersujud sebisa mungkin untuk memohon ampun. Meskipun lantai dilapisi dengan karpet tebal, keningnya lebam dan wajahnya berlumuran darah.
“Pak Theo, kami benar–benar nggak tahu siapa pelakunya. Seorang kenalan yang menawarkan pekerjaan ini pada kita dan upah yang kami terima pun berasal darinya. Pelaku hanya meminta kami memotret foto Nona Kayla
Melihat keganasan Theo, dia tidak berani menyebutkan kata “bugil“.
Penyejuk udara di ruang tamu menyala. Mantel Theo terletak di atas sofa, dia hanya mengenakan kemeja hitam dan celana panjang hitam. Lengan kemejanya digulung sampai ke siku, pakaiannya yang biasanya disetrika dengan rapi penuh dengan kerutan dan berantakan.
Kayla tidak dapat melihat apakah ada bekas darah di tubuhnya. Dia mengenakan pakaian hitam dan sikapnya saat ini tidak berbeda dari biasanya, dia masih terlihat seperti tuan muda kaya yang elegan dan mulia, berbeda dengan para penjahat yang suka mencelakai orang.
Namun, bau darah yang melimpah memenuhi isi otak Kayla ….
“Theo, apa yang kamu lakukan?”
Darius sedang duduk di sofa tunggal yang berada di samping. Melihat Kayla datang, dia langsung. bangkit dan berjalan keluar. “Rumah sakit terdekat berjarak 20 menit dari sini. Kalau mereka diantar ke rumah sakit sekarang, mereka masih bisa bertahan hidup setidaknya setengah bulan. Kalau ditunda lagi,
Trans
mereka akan langsung diantar ke krematorium.”
Alis Kayla berkedut. Melihat orang–orang yang bahkan tidak sanggup menjerit kesakitan, dia berbalik untuk memerintahkan pengawal yang menemaninya datang. “Cepat antar orang–orang ini ke rumah sakit.”
Para pengawal memandang Theo dan ragu–ragu sejenak. Mereka tidak bergerak.
Kayla otomatis meninggikan suaranya dan memarahi Theo di depan semua orang. “Theo, apa kamu buta hukum? Memukul orang bisa masuk penjara. Dengan temperamenmu ini, kalau dipenjara dua hari, kamu mungkin sudah dipukull hingga lumpuh!”
Akhirnya, Theo yang memasang ekspresi tidak peduli pun menanggapi. Dia menatap Kayla dengan galak, lalu berkata dengan pelan, “Kamu nggak tahu apa yang sedang kulakukan?”
Aksinya terpampang jelas, Sekalipun Kayla bodoh, Kayla pasti mengerti.
Amarahnya sedikit mereda, dia berkata dengan sabar, “Theo, aku sudah melapor polisi. Polisi akan menindaklanjuti masalah ini, jangan ikut campur, blarkan polisi yang menghukum mereka.”
“Menurutmu bagaimana cara polisi menghukum mereka?” Theo seolah–olah sedang mentertawakan kepolosannya. “Kamera pengawas nggak bersuara. Dilihat dari rekaman, orang–orang ini bahkan nggak menyentuh pakalanmu. Paling–paling mereka akan dianggap pelecehan, bahkan nggak termasuk mencabulimo. Mereka akan dibebaskan setelah dikurung beberapa hari.”
Dia memandang Kayla sejenak, lalu menggunakan sepatu kulitnya untuk menginjak salah satu tangan mereka. Pria yang tergeletak dan hampir pingsan Itu tiba–tiba menjerit kesakitan.
Kayla bahkan mendengar suara patah tulang!
Theo tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia bahkan tidak mengerutkan keningnya ketika menyaksikan adegan tragis seperti Inl.
Kayla menarik ujung bajunya dan berusaha untuk menariknya pergi.
“Apa kamu gila?*
Setelah tiga tahun menikah, Kayla tidak pernah melihat Theo sekejam dan sekasar ini. Meskipun biasanya Theo sangat dingin, dia sangat bijaksana dan tidak pernah melakukan kekerasan seperti ini.
Theo malah berkata dengan tenang. “Aku sedang membantumu melamplaskan amarah, beraninya para bajingan ini menyerangmu.”
Sikapnya sangat tenang, tetapi tindakannya sangat ganas sampai–sampal membuat Kayla merasa sesuatu yang tersembunyi di balik ekspresi dinginnya… adalah taring yang dapat mencabik–cabik tubuh manusia.
Kalau situasi ini terus berlanjut, orang–orang ini mungkin akan meninggal.
“Nggak usah.” Kayla menggertakkan giginya. “Theo, dengan hubungan kita saat ini, kamu nggak perlu melakukan hal seperti ini. Aku juga nggak ingin terjerat denganmu karena perbuatanmu ini.”
Kalau Theo dipenjara karena membantunya membalaskan dendam, mereka akan terjerat seumur hidup.
Dia tidak pernah berharap Theo masuk penjara, apalagi menyingkirkan Theo tanpa akta cerai.
Meskipun pernikahannya dengan Theo tidak bahagia, kelak dia akan mempertimbangkan untuk menjalin hubungan baru ketika bertemu dengan orang yang cocok. Saat itu tiba, dia ingin memulai hubungan
baru dengan terang–terangan.
“Aku akan membalaskan dendamku sendiri, nggak perlu campur tangan orang lain.”
Mendengar ucapan ini, tatapan Theo padanya menjadi sangat dingin. “Kamu sangat berterima kasih pada Nathan saat dia membantumu melampiaskan amarah, bahkan ingin menggunakan seumur hidupmu untuk berterima kasih padanya. Aku membantumu melampiaskan amarah, kamu malah bilang aku sedang menjeratmu?”
Kayla mengerutkan keningnya. Kenapa melibatkan Nathan lagi?
Intinya sekarang perbuatan Theo sangat berbahaya dan tidak rasional!
Dia menatap para pengawal dan berkata dengan nada memerintah, “Atas nama Nyonya Oliver, kuperintahkan kalian untuk mengantar orang–orang ini ke rumah sakit sekarang juga.”
Para pengawal saling memandang, tetapi pada akhirnya mereka mengangkat orang–orang itu ke rumah sakit dengan terampil. Sebelum pergi, mereka juga tidak lupa menutup pintu.
Mendengar suara mesin mobil dari luar, Kayla pun mengembuskan napas lega. Dia tidak tahan lagi dengan bau darah yang menjijikkan di ruang tamu dan hendak pergi.
Namun, Theo tiba–tiba mengulurkan tangannya untuk meriah Kayla. “Kita nggak seharusnya terjerat karena masalah ini? Apa hubungan kita sekarang?”
Kayla dapat menyadari ada yang aneh dengan ucapan Theo. “Lepaskan aku dulu….”
Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Theo sudah menimpali, “Biar kuberi tahu apa hubungan kita
sekarang.”
Setelah berkata demikian, dia langsung meraih pergelangan tangan Kayla dan melemparkan Kayla ke
sofa.
Sebelum Kayla melakukan perlawanan, Theo sudah membungkukkan badan untuk menimpanya
Tadi dia tidak yakin apakah tubuh Theo berlumuran darah, tetapi seiring Theo mendekat, dia mencium bau darah yang lebih kuat dari udara di ruang tamu.
Tangannya yang diletakkan di dada Theo pun terasa lembap dan lengket,
Kayla agak mual mencium bau ini. Karena tidak tahun, dia memalingkan wajahnya. Namun, dia malah melihat bekas darah yang besar di atas karpet……
Dia adalah orang yang taat peraturan sejak kecil, kecuali ketika bertengkar dengan Vibb. Sesekal akan menampar Viola, tetapi dia tidak pernah melihat adegan yang begitu mengejutkan. Tubuhnya
sontak menegang dan mundur ke belakang.
Saat ini, dia hanya punya satu pemikiran. Dia harus menjauh dari Theo yang berlumuran darah ini!
Namun, Theo menahan badannya hingga membuatnya sidak bisa bergerak. Theo menggenggam dagunya dengan satu tangan, lalu meluruskan wajahnya dengan paksa.
Ciuman ganas itu mendarat dan memenuhi seluruh napasnya….