Chapter 49
Bab 49
“Maaf, saya sudah mencoba menelepon berkali–kali, tapi nomornya tidak aktif, saya akan terus menghubunginya.” Ibu kepala
sekolah Desy terlihat sangat gugup. “Saya baru dipindahkan ke sini minggu lalu, dan belum terlalu paham dengan kondisi para
murid, tapi saya pasti akan bekerja sama dengan baik.”
“Pak Ryan, boleh saya melihat videonya?” Ibu guru Brenda bertanya dengan hati-hati.
Ryan memberikan ponselnya kepada Ibu Brenda.
Brenda menerimanya dan melihat video itu dengan seksama, kemudian berkata: “Anak ini bukan Carlos, tapi Carles! Meskipun
mereka berdua mirip, tapi sifat keduanya jauh berbeda......”
“Carles?” Ryan termenung, “Apa mungkin saudara kembar?”
“Iya, mereka kembar tiga.” Ibu guru Brenda menjelaskan, “Carlos adalah anak pertama, Carles anak kedua, yang mirip sekali
dengan dia. Anak ketiga adalah seorang perempuan, namanya Carla.”
“Jangan-jangan Carla itu anak perempuan yang lari mengejar burung beo sampai ke mobil kita waktu itu.” Ryan akhirnya
memahami situasi yang terjadi, “Apa aku bilang, bagaimana bisa kedua anak itu sama-sama memiliki burung beo, rupanya
mereka keluarga.”
“Cepat pangil Carles.” Ibu Desy segera memberikan perintah kepada Ibu Brenda.
a me
“Carles sedang mengikuti acara olahraga, saya akan segera memanggilnya.” Ibu guru Brenda segera berlari keluar.
Ibu Desy berlutut dan dengan sabar berbicara kepada Carlos: “Carlos, percaya pada Ibu, mereka bukan orang jahat, jika kamu
benar-benar tahu kepingan itu di mana, beritahu mereka, ok?”
Mendengar hal itu, Carlos mulai ragu. Jika memang pria berbaju hitam memberikan kepingan kepada Carles, itu berarti mereka
tidak berbohong. Karena mereka tidak berbohong, mereka seharusnya bukan orang jahat.
“Dik.” Thomas menjelaskan dengan sabar–
“Produk-produk terbaru yang diteliti oleh perusahaan kami, semuanya ada di dalam kepingan itu. Sekarang kepingan itu dicuri
oleh orang jahat. Jika kami tidak mendapatkannya kembali, maka teknologi ini akan digunakan oleh orang lain, dan hal ini tidak
hanya merugikan perusahaan kami, tapi juga akan memberikan dampak buruk kepada masyarakat.”
“Baiklah.” Carlos akhirnya memilih untuk mempercayai mereka, mengangkat kepalanya dan berkata dengan serius, “Kepingan
itu sudah ditelan oleh Roxy, tapi Roxy masih belum mengeluarkannya, tunggu sampai dia mengeluarkanya aku akan
memberikannya kepada kalian.”
“Maksudnya? Bisakah kamu bicara dengan jelas?” Ryan bertanya lagi, “Siapa Roxy?”
“Kamu benar–benar bodoh, Roxy itu adalah burung beo keluarga kami!”
“Kamu benar-benar bodoh, Roxy itu adalah burung beo keluarga kami!”
Perkataan yang sama, dan pada saat yang sama, di sudut taman, Carles juga sedang berbicara dengan pria berbaju hitam
lainnya.
“Maksudmu, kepingan itu ditelan oleh burung beo kalian?” pria berbaju hitam bertanya sambil mengerutkan keningnya.
“Iya.” Carles menganggukkan kepalanya, dan menceritakan kejadian yang terjadi–
“Setelah menelannya, dia jadi tidak berselera makan, dia menjadi tertekan, sehingga sering mencabuti bulunya sendiri.”
“Aku dan Mami, Nenek dan juga kedua saudara kembarku membawanya ke rumah sakit. Dokter bilang dia mengalami
gangguan pencernaan, lalu memberikan obat untuk melancarkan pencernaanya, jika sudah keluar maka akan baik-baik saja.”
“Jadi sekarang aku setiap hari menunggunya untuk buang kotoran, dan melihat apakah dia bisa mengeluarkan kepingan emas
itu.”
“Apa sudah keluar?” pria berbaju hitam bertanya dengan panik.
an memberikan kepadanya sambil berkata:
Carles mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasnya “Kamu lihat saja sendiri.”
Pria berbaju hitam menerimanya, membuka kotak yang terbungkus indah dengan kertas kado berwarna-warni.
Hatinya merasa senang, dan dia merobek kertas pembungkusnya dengan penuh semangat ......
Masih ada satu lapis lagi, dia cemas sampai berkeringat, dan terus merobek semua bungkusnya, ketika dia membukanya,
ternyata itu adalah gumpalan besar.....kotoran!!!
“Ini.....” Pria berbaju hitam itu menatap kotoran di depannya.
“Aku takut saat aku tidak di rumah, dia mengeluarkan emas itu, dan di buang oleh nenekku karena dikira kotoran.Jadi setiap
pagi aku membungkusnya dan membawanya ke sekolah, kemudian memeriksanya......”
Carles mencari tongkat kayu kecil di bawah pohon yang ada di sebelahnya, dia jongkok di tanah dan mulai memeriksa kotoran
itu.
“Minggir, biar aku saja.”
Pria berbaju hitam itu melihat dengan cemas, mengambil tongkatnya dan mengorek kotoran itu, dan seketika dia mematahkan
tongkat kayunya.