Pak Theo, Nyonya Pergi Berkencan Lagi by Sakura

Chapter Bab 8



ab 8 Pak Theo Menyuruhmu Menunggunya 

Turun!” 

Kayla diberhentikan di jalan raya, mudah untuk mencari taksi. Kayla menduga Theo ingin segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Raline, dia juga tidak ingin melihat mereka bermesraan di rumah sakit. 

Tanpa ragu–ragu, dia langsung membuka pintu mobil dengan sombong dan melangkah turun. 

Bersamaan dengan deru mobil yang keras, debu pun beterbangan dan menerpa wajahnya. 

Kayla berteriak pada mobil yang sudah berbaur dengan mobil–mobil lainnya, “Nggak sabaran sekali. Apa dia sudah mati dan menyuruhmu pergi mengambil jenazahnya?” 

Satu–satunya tanggapan yang dia dapatkan adalah keheningan. 

Kemudian, Kayla berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi. Namun, ketika dia menunggu, sebuah Bentley hitam melaju ke arahnya dan berhenti di depannya. 2 

Paman Dafa keluar dari mobil sambil berkata dengan hormat, “Nyonya Kayla, Tuan Muda meminta saya mengantar Anda pulang.” 

Kayla memahami maksud dari situasi ini. Meskipun Theo menelantarkannya, Theo sudah mengutus orang untuk menjemputnya. 

Dia tidak ingin menyulitkan diri sendiri, jadi dia langsung masuk ke dalam mobil. Ketika berada di dalam mobil, dia terus memikirkan cara membalas dendam. Kalau perceraian disebar ke media sosial, Theo yang begitu mementingkan harga diri pasti akan marah besar! 2 

Namun, menyinggung Theo pada saat seperti ini akan merugikan dirinya sendiri. 

Lagian hanya tersisa 3 bulan 10 hari, sebentar saja berlalu. 

Namun, setelah kejadian malam ini, dia merasa karena Raline sudah pulang dan cukup temperamental, Raline tidak akan menunggu sampai tiga bulan. 2 

Keesokan harinya, Kayla tidak perlu pergi bekerja ke Perusahaan Oliver lagi, jadi dia tidur sepuasnya. 

Sesampai di toko, Bella mengirimnya pesan WhatsApp: “Waktu temu dengan Pak Hardy dijadwalkan besok, tapi aku punya janji temu dengan klien, nggak bisa menemanimu.” (2) 

Setelah lulus kuliah, Bella mendapatkan modal dari keluarga untuk membuka toko barang antik. 

Biasanya, dialah yang membantu Kayla mencari pekerjaan sampingan

Dia membalas “Oke“. Kemudian, setelah menyantap sarapan, dia pun keluar. 

Sejak pindah dari Vila Aeris, dia harus mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja barunya. 

10 

en 

Kayla pergi ke kantor properti untuk memesan rumah dengan dua kamar tidur dan satu ruang tamu. Lokasinya dekat dengan studio dan sudah dilengkapi dengan perabotan. Kebetulan, dia bisa mengubah kamar tidur kedua menjadi ruang kerja. 

Hal terpenting adalah pengelola properti sangat bertanggung jawab, setiap orang yang keluarmasuk harus menunjukkan kartu identitas

Setelah menyelesaikan transaksi, Kayla pergi ke mal. Ulang tahun Bella akan segera tiba, dia ingin membelikan tas untuk Bella. 

Bella sudah lama menginginkan model tas musiman terbaru suatu merek yang kebetulan ada di mal ini

Kayla naik lift ke lantai 7, begitu sampai, dia langsung disambut oleh seorang pramuniaga. “Nona, apa ada model yang Anda suka?” 

Umumnya, orang–orang yang datang untuk membeli barang mewah sudah memiliki objek yang mereka 

suka. 

“Apa tas yang akan dipromosikan pada kuartal ketiga tahun ini sudah tersedia?” 

Pramuniaga itu tersenyum sungkan dan berkata, “Maaf, itu adalah tas edisi terbatas. Semua tas model itu di toko kita sudah dipesan oleh pelanggan.” 

Kayla menjawab dengan agak kecewa, “Baik, terima kasih.” 

Tepat ketika dia berbalik dan hendak pergi, seorang wanita cantik berpakaian rapi masuk dari luar. Dia berkata pada pramuniaga itu, “Aku datang untuk mengambil tas edisi terbatas yang dipesan oleh Pak Theo beberapa hari yang lalu.” z 

Kayla menghentikan langkahnya dan perlahan–lahan mengepalkan jarinya. 

Nama “Theo” jarang ditemui dan dia juga mengenal wanita di hadapannya ini. 

Wanita ini pernah muncul di TV, dia adalah manajernya Raline. 

Pramuniaga itu menjawab, “Baik, tapi kami perlu konfirmasi kepada Pak. Theo terlebih dahulu. Bolehkah Anda memberi tahu nama dan status Anda?” 

“Nona Raline yang menyuruhku datang untuk mengambil tas itu. Namaku Karin Toreto, manajernya 

Nona Raline.” 

Pramuniaga itu berbalik untuk mencari kontak Theo di komputer. 

Kayla tidak berniat untuk tinggal lebih lama. Rasa sakit hati yang dia rasakan tadi sudah mereda. Lagi pula, mereka akan bercerai. Dia tidak peduli kalau Theo mau menghadiahkan tas kepada wanita lain. 

Saat dia hendak pergi, Karin memanggilnya, “Nona Kayla.” 

Kayla tidak menyangka Karin mengenalnya. Dia mengangkat alisnya sambil bertanya, “Ada apa?” 

Karin juga tidak berbasa–basi, dia langsung berterus terang, “Nona Kayla masih muda dan cantik, 

kenapa harus mengikat pria yang nggak mencintaimu? Sebaiknya tinggalkan dia. Selagi masih muda, carilah orang yang benar–benar mencintaimu.” (2) 

“Apa Raline yang menyuruhmu bilang seperti itu?” Kayla mengangkat kepalanya dengan arogan sambil berkata, “Dunia sudah terbalik. Dulu, selingkuhan selalu disembunyikan karena takut dihujat netizen, Tapi, sekarang simpanan malah berlagak hebat di depan istri sah?” 

Sikapnya saat melontarkan ucapan ini sungguh membuat Karin tertekan. 

Namun, Karin tidak tampak takut. “Dalam hubungan percintaan, orang yang nggak dicintai–lah yang disebut selingkuhan. Pada dasarnya, Raline dan Pak Theo adalah pasangan.” 

“Bu Karin belum menikah, ‘kan?” Kayla menyipitkan matanya dan pesonanya yang menawan terpancar.” Saat kamu menikah, aku akan memperkenalkan beberapa wanita centil kepada suamimu untuk menguji tingkat toleransi Bu Karin.” 

Karin terdiam. Sebelum dia menjawab, suara lembut Kayla yang mendominasi lanjut terdengar, “Soal tas itu, tolong sampaikan kepada Nona Raline, suruh dia transfer setengah uang tas itu ke rekeningku. Meskipun Theo yang memberinya tas itu, aku belum bercerai dengan Theo. Dia masih menggunakan harta bersama. Kalau aku nggak menerima transferan itu dalam waktu tiga hari, aku akan mengirim surat pengacara kepadanya.” 

Karin tidak menyangka bahwa wanita yang tampak pendiam ini ternyata bermulut tajam dan sulit untuk dihadapi! 

Seketika, dia yang fasih berbicara pun termenung. 

Kayla berbalik dan hendak pergi, tetapi pramuniaga di belakangnya menghentikannya dengan ketakutan, “Nyonya Oliver, Pak Theo… Pak Theo menyuruh Anda menunggunya di sini.” 

Sebelum menelepon, pramuniaga itu tidak menyangka akan menonton adegan yang begitu seru. Terlebih lagi, dia menghubungi asisten Theo, tetapi yang mengangkat telepon adalah Theo sendiri! 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.