Chapter Bab 54
Bab 54 Dia Tidak akan Mengalah
Theo menggenggam tangan Kayla, lalu mendorong pintu kamar yang dibuka Kayla dan berjalan masuk di bawah tatapan galak Kayla.
Kayla mengerutkan keningnya. “Ini kamarku, apa maksudmu?”
Theo memanyunkan bibirnya. “Ayo mandi dan tidur.”
Nada bicara Theo terdengar ringan dan ramah, tetapi Kayla tahu bahwa Theo sedang memprovokasinya.
Theo pasti sengaja. Dia ingin membuat Kayla marah dan tidak berdaya.
Kayla memesan kamar tidur untuk dua orang yang dilengkapi dengan sofa kayu di dekat jendela, mereka hanya memiliki dua tempat itu untuk beristirahat.
Theo tidak akan mau tidur di sofa, jadi nanti Theo pasti akan memaksa Kayla berbagi ranjang dengannya. Kemudian, Kayla terpaksa pindah ke sofa dan melihat Theo tidur dengan nyaman di kasur
seluas dua meter yang dia pesan.
Kayla mengatupkan bibirnya sambil berkata dengan kesal, “Kembalilah ke kamarmu.”
Meskipun resor ini tidak menyediakan kamar presidensial, tetapi tersedia kamar VIP yang dilengkapi dengan kolam pemandian air panas pribadi.
“Kita itu suami istri, kalau pisah kamar, bukankah orang–orang akan mengira hubungan kita nggak harmonis?” Theo mulai beromong kosong. “Pak Arhan dan istrinya adalah pasangan yang sangat harmonis, tentu saja mereka akan mencari rekan bisnis yang harmonis juga. Oh ya, jangan lupa, kamu
itu dibayar.”
Kayla terdiam.
Wajah pria ini seolah–olah mengatakan, “Kalau uda dibayar, jangan jual mahal!”
Selain itu, kalau hubungan Arhan dan istrinya benar–benar harmonis, dia akan langsung meminum racun tikus. Entah Theo buta atau sengaja menindasnya, intinya perkataan Theo cukup menghina kata “suami istri yang harmonis“.
Kayla tersenyum dan berusaha sebisa mungkin untuk menahan amarahnya. “Mereka bekerja sama dengan perusahaanmu karena mengakui kemampuan perusahaanmu dan kamu pribadi, bukan karena hubungan kita.”
Theo mendengus dingin, lalu mengabaikannya dan pergi ke kamar mandi.
Kayla melirik pintu kaca kamar mandi yang tertutup dengan ekspresi muram, lalu melirik jubah di lemari. Sepertinya Theo… lupa mengambil jubah mandi.
Saat dia hendak mengabaikan jubah mandi itu, pintu kaca kamar mandi sedikit terbuka dan tangan Theo
+15 BONUS
terulur keluar.
“Ambilkan jubah.”
Lengan yang terulur itu dilapisi dengan lapisan otot yang kencang dan kuat. Karena Theo belum mengelap badannya, air terus menetes ke lantai.
Walaupun demikian, Kayla memperingatkan dirinya untuk tidak terlena dengan tubuh kekar pria, kini dialah yang berkuasa.
“Kenapa harus kuambilkan? Ambil saja sendiri.”
Kayla tidak menyukai temperamen buruk tuan muda ini, dia bukan lagi “pengasuh Theo“!
Theo yang berada di kamar mandi tiba–tiba terkekeh. “Kalau mau melihatku telanjang, bilang saja.
Bukannya nggak pernah lihat.”
Kayla!
Sial siapa yang ingin melihatnya…..
Pada akhirnya, Kayla terpaksa mengambil jubah mandi itu, lalu memejamkan matanya untuk membuka pintu kamar mandi dan melemparkan jubah itu ke dalam. Kemudian, dia langsung berbaring ke atas
kasur.
Karena Theo sudah merebut kamar mandi, dia bertekad untuk menguasai kasur ini.
Beberapa menit kemudian, Theo keluar dari kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi berwarna putih. Karena ikatan di pinggangnya tidak ketat, bagian bawah jubah agak terbuka hingga dada
mulusnya terlihat jelas.
Air di rambutnya masih menetes melalui wajahnya dan diserap oleh kerah jubah mandinya.
Melihat Kayla sedang berbaring di kasur sambil memainkan ponsel, Theo pun mengerutkan keningnya.”
Turun.” a
Theo sangat mencintai kebersihan. Dia tidak akan berbaring di atas ranjang sebelum mandi dan berganti pakaian. Kayla sangat memahami kebiasaannya, jadi Kayla mematikan ponsel lalu meletakkan ponsel itu di meja samping sambil berkata, “Aku ngantuk, mau tidur siang. Kamu boleh beraktivitas
sesuka hatimu.”
Setelah itu, dia menyelimuti dirinya dan sengaja berguling–guling ke sekujur kasur sambil memejamkan matanya dengan gembira di depan Theo. “Ruangan seharga dua jutaan memang nyaman.”
Ekspresi Theo berubah dingin. Dia memanyunkan bibirnya sambil bertanya, “Kamu nggak mandi dulu?”
“Nggak,” jawab Kayla dengan lugas. “Lagian dengan cuaca seperti ini aku nggak mudah berkeringat. Sering mandi akan membuat kulitku kering, blasanya aku mandi tiga hari sekali.”
Meskipun sedang beromong kosong, ekspresinya sama sekali tidak berubah. Dia bahkan sengaja
213
+15 BONUS
menyapu rambutnya yang tersebar di bantal putih sambil berkata, “Oh ya, hari ini sudah hari ketiga…. Aku akan mandi nanti malam. Pokoknya sekarang aku mau tidur slang, sore nanti kita masih harus
keluar. Untuk apa repot–repot.”
Theo menatapnya dengan ganas. Dia seolah–olah ingin mencabik–cabik wanita jorok ini!
Kayla membuka selimutnya dengan ramah sambil menepuk area kosong di sampingnya. “Sore nanti
kamu masih harus bersosialisasi, kenapa nggak tidur slang dulu?”
Theo mengalihkan pandangannya dan berjalan menuju sofa kayu yang berada di dekat jendela.
Dia tidak memiliki kebiasaan tidur slang. Kalau bukan karena khawatir Arhan akan kelelahan, saat ini dia
masih ingin membicarakan soal pekerjaan.
Kayla mendelik Theo yang sedang bekerja di sofa kayu. Dia khawatir dirinya akan kehilangan kendali dan melakukan kekerasan pada Theo. Namun, dengan kelicikan Theo, Theo pasti akan menyuruh Darius
menambahkan kesalahannya dan memenjarakannya selama beberapa hari….
Oleh karena itu, dia pun menahan diri. Kalau kerja sama ini berjalan lancar, dia akan putus hubungan dengan Theo!
Dua jam kemudian, Arhan sudah selesai beristirahat. Theo mengajak Kayla untuk menemaninya pergi
menemui mereka.
Resor ini adalah resor terbesar di Kota Bapura yang dilengkapi dengan lapangan golf, pemandian air panas, kolam ikan, taman bunga dan berbagai jenis hiburan lainnya. Resor ini sangat luas dan menyediakan fasilitas yang memadai. Sekalipun tinggal di sini selama beberapa hari, para tamu juga
tidak akan bosan.
Sekilas, mereka tahu bahwa Arhan bukanlah orang yang suka berolahraga. Hanya berjalan beberapa langkah saja dia sudah terengah–engah, jadi mereka pergi ke rumah kaca yang berada di tepi danau
untuk minum kopi.
Matahari sore sangat terik hingga menyinari orang–orang di dalam rumah kaca.
Kayla lanjut memainkan perannya sebagai gadis pendamping, kalau tidak ada yang mengajaknya mengobrol, dia tidak akan bersuara.
Tak lama kemudian, di bawah tatapan galak Arhan, Yuki pun bertanya, “Kayla, kamu pakai parfum apa? Wangi sekali.”
Mendengar pertanyaan ini, Kayla mengeluarkan sebotol parfum yang sudah dipakai dari tasnya sambil berkata, “Bukan parfum bermerek. Aku membelinya di sebuah toko yang terletak di pinggiran jalan Bale. Kalau Nyonya Yuki suka, ambillah. Kalau aku berkesempatan untuk pergi ke sana lagi, aku akan
membelikan yang baru untukmu.”
Dia punya firasat bahwa Yuki pasti mempunyai motif tersembunyi karena tiba–tiba membahas soal parfum. Lagi pula, tadi pagi dia juga memakai parfum ini, kenapa Yuki tidak membahasnya?