Chapter Bab 27
Bab 27 Setuju Bercerai
Keesokan paginya, Kayla menerima telepon dari pengacara Theo dan mereka pun membuat janji temu di kedai kopi terdekat. Untuk jaga–jaga, dia pun menelepon Morgan.
Dilihat dari sikap Theo dalam menyetujui perceraian semalam, dia merasa hal ini tidak akan berjalan
lancar.
Ketika Kayla tiba, pengacara Perusahaan Oliver sudah tiba. Dia mengenal orang yang datang
Darius Hutapa adalah ketua tim hukum Perusahaan Oliver, tetapi biasanya dia hanya menangani kasus perekonomian, tidak pernah menangani kasus kecil seperti perceraian.
Namun, setelah dipikir–pikir, Kayla tahu bahwa ini bukanlah kasus kecil.
Karena nominal yang terlibat dalam kolom pembagian properti lebih dari 600 miliar!
“Pak Darius, apa maksudnya ini?*
Darius sangat profesional, dia berkata dengan tenang. “Utang 700 miliar yang Pak Theo bantu kamu lunasi adalah utang pribadi sebelum menikah. Menurut undang–undang terkait, setelah bercerai, dia
berhak menagih utang ini.”
Darius membuka halaman terakhir, lalu berkata, “Ini adalah perincian harta perkawinan. Setelah dibagi.
kamu masih perlu membayar 600 miliar kepada Pak Theo.”
Kayla mengerutkan keningnya. “Tapi dulu aku menikah dengan Theo untuk melunasi utang itu. Kita
sudah sepakat.”
Kalau bukan karena sudah terpuruk, dia tidak akan menikah dengan Theo demi uang.
“Lalu, apa kamu dapat membuktikan bahwa uang itu adalah pemberian dari Pak Theo?”
Menghadapi pertanyaan Darius, Kayla terdiam.
Tentu saja tidak. 1
Melihat ekspresinya, Darius dapat menebak jawabannya. Darius berkata sambil berkata, “Karena nggak ada bukti, nggak bisa dianggap sebagai pemberian.”
Di tengah pembicaraan mereka, Pengacara Morgan juga datang. Ketika melihat Darius, dia agak kaget.”
Pak Darius?”
Darius adalah sosok yang terkenal di bidang hukum. Banyak yang ingin mengundangnya, tetapi ditolak.
Kini, dia malah menangani kasus perceraian.
Morgan berinisiatif menyapa. “Pak Darius, aku adalah pengacara Nona Kayla.”
Darius mengangguk, lalu melirik jam tangan. Dia masih punya urusan lain, jadi dia tidak ingin membuang
-buang waktu di sini.
“Nona Kayla, aku ada urusan lain, aku pergi dulu. Pak Theo sudah menandatangani surat perceraian. Kalau kamu setuju, kallan bisa menyelesalkan prosedur kapan saja.”
Kayla terdiam.
Lima menit kemudian, Morgan menutup kontrak perceralan sambil berkata dengan serius, “Nona Kayla, kusarankan kamu bicarakan hal ini baik–baik dengan Pak Theo. Menggugat ceral dalam keadaan ini
sangat merugikanmu. Kamu nggak punya bukti untuk membuktikan bahwa uang itu adalah pemberian Pak Theo. Apalagi pengacara Pak Theo adalah Darius…. Sebaiknya kallan mediasi secara pribadi.”
Saat ini, ekspresi Kayla tidak dapat dijelaskan dengan kata–kata. Dia menyimpan kontrak perceraian, lalu mengangguk ringan. “Pak Morgan, maaf sudah merepotkanmu. Aku akan meneleponmu setelah mempertimbangkan hal ini.”
Setelah meninggalkan kedai kopi, Kayla menelepon Theo.
Saat ini, Theo sedang rapat dan ponselnya dalam mode senyap. Namun, ketika layar menyala, dia pun melirik….
Nama “Kayla” muncul di layar.
Dia tidak menjawab.
Saat ini, seharusnya Darius sudah selesai berbicara dengan Kayla.
Karena Kayla begitu bertekad untuk bercerai, dia akan membuat Kayla menanggung konsekuensi. Dia tahu kenapa Kayla meneleponnya. Kalau bercerai, Kayla akan memikul utang sebesar 600 miliar. Kalau
tidak bercerai, Kayla bisa terus menikmati hidup mewah sebagai Nyonya Oliver.
Menghadapi dua opsi ini, siapa pun yang berakal sehat akan memilih opsi kedua.
Namun, dia tidak ingin begitu cepat menanggapi Kayla. Dia ingin memberi Kayla pelajaran agar kelak
tidak berani mengancamnya dengan kata cerai lagi.
Telepon terus bergetar hingga otomatis terputus. Dia pikir Kayla akan menelepon lagi, tapi… ternyata
tidak.
Setelah rapat selesai dan semua orang keluar, Axel masuk. “Pak Theo, Nona Kayla meneleponku.”
Theo tampak cuek dan wajahnya diselimuti dengan sedikit kepuasan. Nanti dia masih ada urusan, jadi tidak ingin membuang–buang waktu dengan Kayla.
*Biarkan dia berinisiatif pindah kembali. Lain kali kalau ribut mau cerai lagi, akan kusetujui.”
Axel melirik direktur utama itu. Setelah ragu–ragu sejenak, dia pun menggertakkan giginya sambil berkata, “Nona Kayla bilang.. dia menyetujui syaratmu. Dia telah menandatangani kontrak perceraian dan memintamu meluangkan waktu pergi ke Dinas Kependudukan untuk menyelesaikan prosedur.”
+15 BONUS
Kata–kata Kayla lebih kasar dari yang disampaikan Axel. Dia juga mengatakan Theo bagaikan koyo yang sulit dilepaskan! Namun, sekalipun diberi seratus nyali, Axel tidak akan berani menyampaikan kata–kata ini, 2
Theo tiba–tiba memicingkan matanya. “Dia setuju untuk bercerai?”
“Ya, Nona Kayla bilang begitu.”
Theo tertegun.
Dia menatap ponselnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Axel tidak mengerti apa yang dipikirkan Theo, jadi dia bertanya dengan hati–hati, “Pak Theo, apa aku perlu menelepon Nona Kayla?”
“Bruk ….”
Detik berikutnya, Theo tiba–tiba berdiri dan berjalan keluar dari ruang rapat. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan aura dingin….
Axel buru–buru menyusul Theo, hidungnya hampir patah karena pintu kaca yang dibanting kuat oleh Theo
Sembari berjalan, Theo menekan ponselnya untuk menelepon seseorang.
“Kudengar dari Axel, kamu setuju untuk bercerai?”
“Ya.”
Kayla sedang berdiri di pinggir jalan untuk memanggil taksi. Sekujur tubuhnya berkeringat. Terik matahari di bulan Juli membuat seisi kota kepanasan. Saat ini, dia ingin pulang untuk mandi.
Suara Theo yang berada di ujung lain telepon terdengar sangat muram. “Kapan kamu bisa bayar 600
miliar itu?”
Kayla mengerutkan keningnya sambil berpikir, ‘Kenapa begitu nggak sabar?
“Mari selesaikan prosedur dulu. Aku akan mengembalikan uangnya secara bertahap.”
“Bertahap? Berapa lama?” Theo berkata dengan nada mengejek, “Dengan gaji kecilmu itu, kapan kamu bisa mengumpulkan 600 miliar? Bagaimana kalau kamu menolak untuk membayar setelah aku
menyelesaikan prosedur cerai?”
Kayla menahan amarahnya sambil berkata, “Aku akan menuliskan surat utang.”
“Hmph, semua pinjaman bank perlu menggadaikan aset. Aset apa yang kamu miliki untuk meyakinkanku bahwa kamu mampu membayar 600 miliar?”