Chapter Bab 129
Bab 129 Memaksanya Mengonsumsi Pil KB
Melihat sikap Theo dan nada bicaranya yang aneh, Kayla tahu bahwa … Theo sudah mengetahui
identitasnya.
Tadi pagi, Raline tidak berdaya menghadapi Kayla dan langsung berbalik pergi. Setelah kembali, ekspresi Raline jauh membaik. Sore hari, Theo datang mencari Kayla dan nada bicaranya dipenuhi dengan maksud menghina.
Ternyata dia datang untuk membalaskan dendam kekasihnya.
Kayla sudah sibuk seharian karena terus diperintahkan untuk melakukan berbagai hal. Akhirnya dia bisa beristirahat untuk menghilangkan rasa lelahnya, tetapi dia malah harus berhadapan dengan Theo lagi. Seketika, wajahnya berubah muram.
Dia meletakkan ponselnya di atas meja dengan kuat hingga mengeluarkan bunyi “buk“.
Dia menyilangkan tangannya, lalu bersandar di kursi dan membahas topik permasalahan. “Apa yang Raline inginkan? Mendapatkan uangnya kembali? Nggak mungkin.”
Theo mengerutkan keningnya. “Aku sedang membicarakan soal Key, jangan melibatkan orang lain.”
“Orang lain? Tadi pagi Raline meneleponmu untuk mengadu, ‘kan? Datang–datang kamu memintakul menggunakan tubuhku untuk mendapatkan dukungan sumber daya darimu, bukankah kamu menghinaku seperti ini untuk membantunya melampiaskan amarah?”
“Dia mengadu padaku karena kamu memang menyembunyikan sesuatu dariku. Kamu berani melakukan, tapi nggak mengizinkan orang lain mengkritikmu?” Theo mendekat dan auranya menjadi makin dingin. “Kenapa kamu nggak memberitahuku kamu adalah Key?”
“Kenapa aku harus memberitahumu? Apakah kamu punya barang antik yang perlu diperbaiki?”
Theo tersenyum nakal. “Jelas–jelas kamu tahu maksudku.”
Kayla terdiam sejenak. Kenangan masa lalu perlahan–lahan muncul di benaknya hingga membuat hatinya terasa pahit. Kemudian, dia pun tersenyum sinis. “Apa kamu pernah menanyakan hal ini padaku? Studioku berada di samping ruang kerjamu dan nggak pernah dikunci, bahkan sering dibiarkan terbuka. Ada banyak barang rusak dan peralatan di sana, siapa pun dapat melihatnya. Tapi selama tiga
tahun ini, kamu nggak menyadarinya, ‘kan?”
Sejak memutuskan untuk bercerai, dia tidak pernah seperti ini lagi. Dia sudah tidak menginginkan Theo,
untuk apa mengeluh pada Theo?
Dia mengungkit masa lalu hanya karena merasa tidak adil.
Melihat wajah tegang Theo, Kayla pun tersenyum lancang. “Kamu selalu merasa aku hanyalah asisten pribadi yang digaji beberapa juta sebulan dan ibumu yang memintaku melakukan pekerjaan ini.
Bukankah kamu berpikir demikian karena merasa tanpa Keluarga Oliver dan kamu, aku hanyalah sampah yang nggak berharga?”
Theo sedikit menundukkan kepalanya. Cahaya di restoran makanan Barat agak redup sehingga matanya. tertutupi oleh bayangan rambutnya dan tidak ada yang bisa melihat emosinya dengan jelas.
Menghadapi pertanyaan Kayla, dia hanya diam.
Entah karena dia sadar diri, merasa bersalah atau tidak paham mengapa Kayla begitu membencinya.
“Setelah aku mengundurkan diri dari Perusahaan Oliver, kamu menyuruh Axel menyelidikiku. Dia memberitahumu aku adalah petugas kebersihan di Studio Yunox dan kamu memercayainya begitu saja? Kenapa kamu nggak pernah berpikir aku adalah lulusan dari kampus ternama dan mempunyai pengalaman kerja di Perusahaan Oliver, bagaimana mungkin menjadi petugas kebersihan?”
Selanjutnya, orang–orang di studio memanggilnya “Key“, dia memperbaiki lukisan kuno di depan para tamu
Ada begitu banyak hal yang aneh. Hanya dengan dipikirkan saja, Theo dapat menemukan berbagai petunjuk, tetapi dia tidak pernah menduga ada yang tidak beres.
Seseorang yang dapat mengendalikan dan mengembangkan Perusahaan Oliver seperti Theo bukanlah orang yang bodoh. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Dia tidak peduli.
Itu sebabnya dia mengabaikan semua detail kecil ini.
Saat ini, pelayan mulai menyajikan makanan, tetapi Kayla sudah tidak mempunyai nafsu makan. Dia mengambil tasnya dan hendak pergi.
Akhirnya Theo bersuara. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih pergelangan tangan Kayla.” Makan….”
Kemudian, dia mengerutkan bibirnya sambil berkata, “Maaf.”
“Aku nggak sanggup menerima permintaan maaf dari Pak Theo. Kalau kamu benar–benar
mengasihaniku, cepat tandatangani surat cerai. Kujamin aku akan berdoa setiap pagi dan malam untuk berterima kasih padamu.”
“Dulu aku yang kurang baik, tapi aku nggak akan setuju untuk bercerai.”
Beraninya dia mengatakan hanya kurang baik?
Kayla memutar bola matanya dengan galak. “Kamu sungguh pandai berakting! Ya sudah kalau kamu nggak mau membahas soal perceraian, lepaskan aku.”
Dia menarik tangannya dengan kuat sehingga anggur di atas meja jatuh dan mengenai badan Theo.
Aroma anggur yang menyengat memenuhi udara…..
Meskipun Theo mengenakan pakaian berwarna gelap, anggur yang mengenai pakalannya tetap meninggalkan bekas yang jelas. Alhasil, kemejanya basah kuyup dan menempel di kulitny
Kecintaannya pada kebersihan belum mencapai tahap misofobia, tetapi perasaan lengket di tubuhnya membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Dia menggertakkan giginya sambil berseru, “Kayla….”
Kayla melirik pakaian Theo yang basah tanpa sedikit pun rasa bersalah, Dia malah mengusap tangannya yang merah karena genggaman Theo sambil berkata, “Kalau kamu berani mencengkeramku lagi, aku akan langsung menyemburkannya ke wajahmul”
Setelah berkata demikian, dia langsung pergl.
Beberapa hari berikutnya, syuting terus berlanjut. Kayla sangat kelelahan dan akhirnya bisa beristirahat
setelah syuting berakhir pada hari kedua.
Namun, hari ini, Evi mengajaknya pergi berbelanja.
Tahun baru akan segera tiba, jadi Evi perlu menyiapkan barang–barang dan membagikannya ada para
bawahan.
Melihat tumpukan barang yang dibeli Evi, Kayla pun bertanya dengan penasaran, “Bukankah biasanya Bibi Warni yang bertanggung jawab atas semua ini? Kenapa tahun ini Ibu menyiapkannya secara
pribadi?”
“Akhir–akhir ini aku bosan dan ingin melakukan sesuatu, jadi kubeli duluan. Kalau ada yang kurang, Bibi
Warni akan mengurusnya.”
“Apakah tahun depan Ayah akan berada di rumah?”
Setelah menyerahkan Perusahaan Oliver kepada Theo, Galih bosan dan mendirikan perusahaan baru bersama temannya. Awalnya, dia berencana untuk mengisi waktu luang saja, tetapi performa perusahaan cukup bagus dan mereka lanjut membuka anak perusahaan. Alhasil, dia terjerat di luar kota dan hanya bisa pulang saat liburan.
Namun, beberapa waktu yang lalu, Kayla mendengar kabar bahwa Galih sudah menemukan pengurus yang cocok, jadi dia pun mengedipkan matanya pada Evi sambil berkata, “Nanti Ibu nggak akan bosan lagi.”
Evi yang diejek pun tertawa malu. “Oke, semuanya mengejekku. Sepertinya Theo kurang bekerja keras….
Sembari berbicara, dia teringat bahwa mereka akan segera bercerai dan suasana hatinya langsung menjadi buruk.
Namun, dia khawatir reaksinya akan membuat Kayla tertekan, jadi dia berpura–pura tidak tahu dan memaksakan diri untuk tersenyum.
“Lepaskan aku, sialan lepaskan aku. Kalau kamu nggak melepaskanku, aku akan memukulmu!” Tiba- tiba, terdengar suara marah pria dari depan yang membuat suasana seisi mal menjadi hening.
Keduanya mendongak…. Di kejauhan, terlihat seorang wanita kurus dan kusam menarik seorang pria paruh baya yang sedang melindungi wanita hamil dengan hati–hati.
Sekalipun sedang hamil, wanita itu tampak sangat cantik. Pakalan bermerek yang dia gunakan sebanding dengan pendapatan tahunan keluarga biasa.
Wanita yang kurus dan kusam itu seperti rubah yang tidak memedulikan harga diri. “Kenapa aku harus melepaskanmu? Kamu itu suamiku, sejak aku berusia 18 tahun dan kamu masih miskin, aku sudah menikah denganmu. Kamu nggak memberiku rumah dan mahar, aku bahkan sangat hemat, hanya membeli pakaian setiap tiga tahun sekall. Sekarang kamu sudah kaya, malah menafkahi wanita di luar. Aku telah hidup keras selama bertahun–tahun untuk membantumu membangun bisnis, kenapa wanita Jalang ini berhak menikmati semua kekayaanmu?”
Melihat orang–orang di sekitar menatap mereka sambil berbisik, pria itu berkata dengan marah, “Sialan, beraninya kamu bilang begitu. Kita sudah menikah begitu lama dan kamu nggak melahirkan seorang anak pun untukku. Sekarang kamu sudah berusia 40 tahun dan dokter bilang kamu nggak bisa
melahirkan lagi. Kejam sekali kamu ingin membuat keluargaku nggak punya keturunan!”
“Aku nggak bisa melahirkan? Bukankah aku nggak bisa melahirkan karena selama ini kamu terus memaksaku mengonsumsi pil KB?” Wanita itu menerjang ke arah wanita hamil yang dilindungi oleh pria itu. “Sekalipun aku nggak bisa melahirkan, aku nggak akan membiarkan wanita ini melahirkan anakmu!”
Namun, sebelum tangannya menyentuh ujung pakaian wanita hamil itu, pria itu sudah menendangnya ….
Satpam mal bergegas membawa wanita itu pergi.
Melihat keadaan ini, Kayla memegang tangan Evi sambil berkata, “Bu, ayo naik ke atas.”
Setelah berjalan beberapa langkah, dia sadar bahwa Evi tidak mengikutinya. Ketika dia berbalik, raut wajah Evi tampak sangat buruk. Kayla mengerutkan keningnya sambil bertanya, “Bu, ada apa denganmu?”
“Kayla, katakan pada Ibu dengan jujur. Kamu dan Theo sudah menikah tiga tahun dan kamu belum hamil…. Apakah karena dia memaksamu mengonsumsi pil KB?”
Memaksanya mengonsumsi pil KB, Kayla langsung tertegun