Chapter Bab 688
Bab 688 Orang Besar Bernama Ardika yang Tak Terkalahkan
Yoga langsung melangkah maju dan menangkupkan tangannya.
“Tuan Besar, orang itu menyuruhmu membawa Pak Farlin kembali ke Kota Banyuli sebelum
makan malam.‘
“Juga menyuruh Kak Louis serta beberapa orang lainnya yang pergi menculik Pak Farlin pergi ke Vila Cakrawala di Kota Banyuli dan berlutut untuk meminta maaf kepada pasangan yang
mereka pukul.”
“Kalau ada sesuatu yang terjadi pada Pak Farlin, Keluarga Mahasura di Kota Serambi akan musnah!”
Mendengar ini, Pak Farlin tersenyum.
Dia sudah tahu Ardika–lah yang turun tangan.
Akan tetapi, Tina mengerutkan kening.
Dia juga langsung tahu ini pasti ucapan Ardika.
Ternyata orang besar yang meminta Yoga menyampaikan pesan adalah Ardika.
Wajah ayah dan anak Keluarga Mahasura itu terlihat marah.
“Yoga, kamu cari mati, ya!?”
Louis tiba–tiba berdiri dan menunjuk ke arahnya dengan marah.
Wajah Sam tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
Gedebuk!
Yoga sangat ketakutan hingga langsung berlutut dan menjelaskan, “Tuan Besar, bukan aku yang mengatakan ini. Aku cuma menyampaikan pesan untuk orang besar itu. Ini adalah kata- katanya!”
“Siapa pun orang itu, aku akan langsung membunuhnya!”
Louis berteriak.
“Diam!”
Sam melambaikan tangannya dan menatap Yoga dengan wajah serius, “Yoga, siapa orang besar ini?”
“Orang besar itu ada di Kota Banyuli, namanya Ardika yang Tak Terkalahkan.”
Yoga menengadahkan kepalanya dan diam–diam mengamati ekspresi Sam.
Benar saja, begitu mendengar empat kata “Ardika yang Tak Terkalahkan“.
Ekspresi Sam langsung berubah drastis dan seluruh tubuhnya gemetar.
Ada ketakutan yang mendalam di matanya.
Ardika yang Tak Terkalahkan?
Mungkinkah itu Dewa Perang dari tim pertempuran?
“Yoga, mau cari mati!? Kamu ini mengejek kami, ya? Selain ayahku yang berani menyebut dirinya Tak Terkalahkan, siapa lagi yang berani memakai gelar itu!?”
Louis dipenuhi niat membunuh.
Tina di samping menghela napas pelan, dia sudah tahu apa yang sedang terjadi.
Ardika itu sangat keras kepala.
Ternyata dia berpura–pura menjadi Dewa Perang lagi.
“Tina, apa kamu kenal Ardika yang Tak Terkalahkan ini?”
Sam pandai mengamati kata–kata dan ekspresi, jadi dia langsung menyadari sesuatu yang aneh pada Tina.
“Aku belum pernah mendengarnya. Sepertinya itu hanya lelucon seseorang.”
Tina menggelengkan kepalanya.
Meskipun dia membenci Ardika.
Dia tidak ingin menyakitinya demi Luna.
Yoga sangat gembira.
Dengan penolakan dari Tina ini, dia tidak perlu menggali lubang yang telah dia rencanakan.
“Ardika yang Tak Terkalahkan dari Kota Banyuli? Aku pernah mendengarnya.”
Pada saat ini, suara bercanda tiba–tiba terdengar.
Ternyata orang itu adalah Kendy, tuan kedua dari Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi yang masuk bersama para bawahannya.
Setelah tersiar kabar Tina diusir dari rumah Keluarga Mahasura.
Kendy menyadari sekarang giliran Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi yang mengambil tindakan.
Jadi, dia bergegas datang bersama para bawahan dari ibu kota provinsi.
“Oh, kamu kenal Ardika yang Tak Terkalahkan ini?“”
23
Mata Sam berbinar.
Dia dan Kendy berada di usia yang sama.
“Tentu saja. Kalau soal orang ini, semua orang di Kota Banyuli mengetahuinya.”
Kendy tersenyum dan berkata, “Semua orang di Kota Banyuli tahu dia suka menyamar sebagai
Dewa Perang. Bukankah Dewa Perang dipanggil Tak Terkalahkan? Orang ini ingin
menggunakan Dewa Perang untuk menjatuhkanmu.”
Setelah itu, Kendy mengungkap identitas Ardika.
Dia benar–benar tidak menyangka.
Ardika bukan hanya berpura–pura menjadi Dewa Perang lagi, dia juga masih berani menyinggung Sam!
Bukankah ini memaksa Sam untuk membunuhnya?
Benar saja, raut wajah Sam tiba–tiba menjadi kelam.
“Yoga, sebagai agen intelijen preman terbesar di Provinsi Denpapan, ternyata ada juga hari di mana kamu melakukan kesalahan!”
Dia mencibir dengan sinis.
“Tuan Besar, aku….”
Yoga terlihat getir.
Akan tetapi, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan.
Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi benar–benar mengirimkan bantuan yang luar biasa.
Yoga tahu.
Sam si bajingan tua ini akan segera tamat.
Benar saja, Sam berdiri dan menendangnya.
“Kembalilah dan suruh Ardika yang Tak Terkalahkan datang berlutut di sini sebelum makan.
malam. Kalau nggak, dia akan mati!”