Chapter Bab 65
Bab 65 Kalau Kamu Berani Menyentuhnya, Aku akan Menghabisi Raline
Suara Theo membuka pintu agak keras sehingga Kayla dan Rlo sontak menoleh ke arahnya.
Theo memiliki tubuh yang tinggi dan kekar. Karena dia berdiri di depan pintu, dia menghalangi sebagian besar cahaya matahari di luar dan wajahnya tampak sangat gelap. Tatapannya pada Kayla sangat dingin, dia seolah–olah ingin membekukan Kaylal
Kayla kaget. Dia berdiri tegak, lalu bertanya sambil mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu datang
kemari?”
Nada bicaranya terdengar sangat kesal. Ditambah dengan ekspresinya yang muram, terlihat jelas dia
tidak senang.
Rio diam–diam menghela napas. Tadi, jantungnya berdebar kencang, sampai saat ini pun… aroma tubuh Kayla yang lembut masih tertinggal di napasnya sehingga membuatnya sangat merindukan
aroma itu.
Karena takut ada yang menyadari jantungnya berdebar kencang, dia segera menelan ludah dengan
panik.
Setelah bertahun–tahun memimpin Perusahaan Oliver, Theo sudah bersosialisasi dengan banyak orang. Hanya dengan melihat ekspresi Rio, dia dapat menebak isi pikiran Rio. Sudut bibirnya terangkat hingga terbentuk senyuman sinis, dia berkata dengan kasar. “Nggak ingin aku datang?”
Kayla dapat mendengar kekesalan dalam suara Theo. Dia merasa Theo sakit, sakit parah hingga suka mencari masalah dengannya!
Namun, rekan kerja yang sedang pergi makan akan segera kembali. Dia harus mencari cara untuk mengusir Theo. “Aku harus lembur nanti, aku akan meneleponmu setelah selesai kerja.”
Artinya, cepat pergi, tempat ini tidak menerimamu!
Namun, Theo malah berjalan menghampirinya, lalu menggenggam tangannya dan hendak menyeretnya
keluar.
Theo sama sekali tidak peduli bahwa Kayla adalah seorang wanita yang mengenakan sepatu hak tinggi.
Kayla diseret hingga terhuyung–huyung, dia bahkan hampir jatuh. “Lepaskan aku….”
Rio segera bereaksi. Dia menahan tangan Theo dengan ekspresi dingin. Tenaganya tidak kuat, tetapi berhasil menghentikan langkah Theo. “Pak, Key nggak bersedia pergi denganmu. Tolong lepaskan dia.”
Kay?
Ini adalah kedua kalinya Theo mendengar Rio memanggil Kayla seperti ini. Sebelumnya di warung ketika Rio mengetuk jendela mobilnya dengan lantang.
Theo menoleh ke arah Kayla. “Sepertinya pelajaran yang kuberikan padamu nggak cukup. Kamu masih belum pandal menjaga jalak dengan pria lain.”
Begitu Theo mengucapkan kata–kata inl, Kayla dan Rio otomatis teringat pada kejadian di mobil…. Theo menekannya dan menclumnya.
Rio
mengerutkan keningnya sambil berkata dengan nada dingin, “Kalau kamu memaksanya lagi, aku akan memanggil satpam!”
*Terserah, panggil saja.” Theo berjalan menghampiri Rio dengan percaya diri dan sombong.
Baik dalam hal fisik maupun tinggi badan, seorang sarjana lemah seperti Rio bukanlah tandingan Theo. Wibawanya lekas lenyap di bawah tekanan Theo.
Namun, menghadapi Theo yang begitu kuat, dia sama sekali tidak mengalah dan tidak tampak ketakutan. “Apa pun hubungan kalian, Ini adalah tempat kerja, bukan tempat untuk membicarakan masalah pribadi. Dia nggak bersedia berbicara denganmu, kalau kamu membawanya pergi secara paksa, bisa dianggap kamu sedang melakukan penculikan.”
“Penculikan?” Alis Theo dipenuhi dengan penghinaan.
Melihat Theo seperti ini, Kayla khawatir Theo akan main tangan!
Theo memiliki temperamen buruk dan tidak ada yang berani membuatnya marah.
Dengan kemampuan fisik Rio, dia mungkin tidak akan bisa menangkis pukulan Theo.
Kayla segera menahan Theo. “Ayo bicara di luar.”
Melihat Kayla khawatir, ekspresi Theo makin muram. Dia mendengus dingin, lalu berjalan keluar dengan
kesal.
Kayla memandang Rio dengan tertekan, lalu menyusul Theo.
Kayla berjalan sampai ke tempat parkir agar tidak dilihat oleh rekan kerja. Sekilas, dia langsung
menemukan mobil Theo.
Setelah masuk ke dalam mobil, Theo langsung berkata, “Berhentilah dari pekerjaanmu. Pria itu punya
niat lain padamu.”
Kayla membelalakkan matanya karena marah. “Theo, bisakah kamu nggak berpikiran bahwa semua orang sama jahatnya denganmu? Tadi kami hanya memesan makanan bersama–sama, dari mana kamu
lihat dia punya niat lain padaku?”
Setelah Kayla berkata demikian, suasana di dalam mobil menjadi hening.
Ekspresi Theo menjadi sangat suram. “Apa dia akan menyentuhmu kalau nggak mesum?”
“Itu nggak sengaja.” Kayla marah hingga napasnya terengah–engah. Dia menoleh ke arah Theo sambil
tersenyum sinis. “Hanya karena kami memesan makanan dan nggak sengaja bersentuhan, kamu bilang dia punya niat lain? Kalau begitu, bukankah kamu dan Raline nggak tahu malu?”
Tentu saja, kata–kata ini memicu amarah Theo. Kayla dapat melihat ekspresi Theo menjadi makin
suram.
Tubuh kekar itu mendekatinya dan dia otomatis bersandar ke belakang
Sebelum dia menghindar, Theo sudah meraih bagian belakang kepalanya.
Menghadapi wajah tampan yang mendekat, Kayla melihat suatu cahaya yang tidak biasa di mata Theo. Dia tidak dapat memahami maksud Theo, tetapi dia menyadari adanya bahaya. Dia segera berbalik badan dan hendak pergi dari mobil.
Theo langsung membalikkan badannya dan mendekatinya. “Undurkan diri. Kalau nggak mau, aku akan menghabisi pria itu. Kalau sampai aku turun tangan, situasi akan menjadi sangat buruk.”
Theo melembutkan suaranya, tetapi bukan untuk membujuk Kayla, melainkan untuk mengancam Kayla.” Aku punya ratusan cara untuk menghadapi orang seperti itu, aku bahkan bisa membuatnya kabur setiap
bertemu denganmu.”
Kayla menggertakkan giginya sambil membenamkan kepalanya, dia sama sekali tidak bersuara.
Tepat ketika Theo mengira Kayla sudah menyerah, Kayla tiba–tiba mengangkat kepalanya. Matanya sangat tajam dan tubuhnya seolah–olah dipenuhi dengan duri. “Kalau kamu berani menyentuhnya, aku akan menghabisi Raline! Aku nggak punya seratus cara, tapi aku bisa membuatnya kehilangan segala sesuatu yang dia miliki sekarang! Kalau kamu nggak takut aku mencari dan mengganggunya setiap hari, gunakanlah seratus caramu itu untuk menghadapi Rio!”
Ketika melontarkan kata–kata ini, Kayla menggertakkan giginya dengan kuat. Dia sungguh ingin
mencabik–cabik Theo.
Ekspresi Theo juga sangat muram. “Kayla, apa kamu nggak memahami bahasa manusia? Sudah kubilang hubunganku dan Raline nggak seperti yang kamu pikirkan.”
Kayla malah tersenyum dingin. “Nggak ada hubungannya denganku. Mulai sekarang, kalau kamu membuat Rio kesulitan, aku juga akan membuat Raline kesulitan. Lihatlah siapa yang lebih hebat!”
Setelah berkata kasar pada Theo, Kayla mendorong Theo menjauh. Dia mengabaikan ekspresi Theo, lalu
keluar dari mobil. Dia bahkan tidak menoleh ke belakang.
Theo yang ditinggal sendirian di dalam mobil sangat marah hingga hampir menghancurkan setir mobilnya!